Bab 01. Dicuri Dalam 3, 2, 1

4.1K 417 39
                                    

The sight of you sparkling brightly

Is going to steal my heart away Erlangga Auditama.

Jam beker di atas meja itu berbunyi dengan suara besi yang setengah berkarat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam beker di atas meja itu berbunyi dengan suara besi yang setengah berkarat. Bagaimana tidak berkarat kalau 3 tahun sudah berlalu sejak jam beker itu dibeli. Sang pemilik, Tiana, membungkam suara besi berkarat itu dengan satu gerakan singkat. Gadis muda itu membutuhkan tambahan 10 detik sebelum akhirnya membuka mata.

Jarum jam masih menunjukkan pukul 02.40, lalu kenapa gadis itu sudah bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya? Ke mana gadis itu akan pergi?

"Ayah di mana, Bu?" Tiana bertanya pada ibunya yang juga sudah berkutat di dapur.

"Udah nunggu kamu di depan," kata Ibu Tiana dengan senyum di wajahnya.

"Kalau gitu, Tiana sama ayah berangkat, ya, Bu." Tiana mencium tangan ibunya sebagai tanda pamit, sebelum berlari menuju halaman depan. "Dah, Ibu."

Tujuan Tiana dan ayahnya adalah untuk pergi ke pasar subuh. Mereka harus membeli bahan-bahan untuk memasak menu makanan yang akan dijual di rumah makan yang dikelola oleh ibunya.

"Ngantuk, ya?" tanya Ayah Tiana sambil mengusap kepala putrinya kala mendapati gadis itu menguap.

Tiana menjawab dengan cengengesan. "Dikit."

Ayah Tiana membalas dengan senyum kecil, tapi juga terlihat prihatin di saat yang bersamaan. Tentu sebagai ayah, dia merasa gagal karena tidak bisa memberikan putrinya kehidupan yang lebih layak sejak terlibat kasus penipuan investasi bodong 15 tahun lalu, di mana ayah Tiana harus mengganti kerugian para korban yang mencapai 2,5 Miliar rupiah.

Rumah, mobil dan segala macam benda bernilai lainnya terpaksa dijual, termasuk bisnis ritelnya untuk mengganti uang para korban yang dibawa lari oleh teman ayah Tiana dan tidak ada yang tersisa setelahnya. Keluarga Tiana jatuh dalam keterpurukan.

Perlu waktu bertahun-tahun untuk membuat keluarga itu bangkit, sampai akhirnya bisa membeli rumah, memiliki rumah makan, menyekolahkan Tiana di sekolah yang bagus, juga membeli mobil pikap untuk berkendara, sekaligus berusaha.

Harusnya, setelah kembali dari pasar subuh Tiana tidak melanjutkan tidurnya, tapi serangan rasa kantuk yang seakan mendekap erat tubuhnya membuat gadis itu kembali melemparkan diri ke kasur.

Jam beker bututnya kembali berbunyi, membangunkan Tiana dari tidur singkat yang seharusnya tidak dia lakukan. Matanya yang masih setengah terbuka saat melirik jam, langsung membulat dan melompat keluar saat jam sudah menunjukkan pukul 06.17.

"Astaga, kesiangan!" Tiana memekik histeris dan segera berlari ke kamar mandi.

Bagi kebanyakan anak sekolah, pukul 06.17 masih terlalu pagi untuk pergi ke sekolah, tapi bagi Tiana pergi ke sekolah saat sudah lewat 06.00 sama saja dengan kesiangan.

Dua Dunia Tiana [ END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang