Call my name
That alone makes me happy — Erlangga Auditama.
"Naik motor nggak papa, kan?" tanya Ega ketika dia dan Tiana berjalan keluar dari kelas menuju parkiran.
"Asal lo bawanya nggak ugal-ugalan aja," balas Tiana apa adanya, yang juga sebagai bentuk peringatan untuk Ega.
"Tenang, Ta, untuk calon masa depan gue, bisa dipastiin keselamatan lo akan terjamin sampai di tujuan, tanpa lecet sedikit pun."
Tiana tidak membalas dan membiarkan bualan Ega hilang ditelan angin, meski sebenarnya gadis itu mulai menyukai sikap periang laki-laki di sampingnya ini.
"Kalau kepanasan bilang, ya. Nanti gue beliin payung."
Lagi-lagi Tiana harus bertahan dengan sikap konyol Ega. Tampaknya laki-laki itu terbiasa mengeluarkan celotehan tanpa mempertimbangkan apakah lawan bicaranya akan tertawa atau justru menganggapnya aneh.
Sebelum mengeluarkan motornya dari parkiran, Ega lebih dulu melepaskan jaketnya untuk diberikan pada Tiana. "Biar nanti kakinya nggak kepanasan."
Tiana mengambil dan mengucapkan terima kasih dalam hati.
"Nggak ada helm buat gue, ya?" tanya Tiana ketika dia hanya melihat satu helm di motor Ega.
"Next time deh gue bawain helm buat lo," kata Ega seraya meletakkan helm yang sebelumnya ingin dia pakai, kemudian merogoh tas. "Buat hari ini pake topi dulu, ya, biar nggak panas."
Tidak hanya meminjamkan topinya, tapi Ega juga memakaikannya untuk Tiana, bahkan sekalian merapikan poni yang dilihatnya menutupi kening gadis itu. Selama Ega melakukannya, Tiana hanya diam dan menerima tanpa melayangkan protes apa pun, layaknya anak anjing yang menurut ketika bulunya disisir.
Ega yang merasa gemas mengusap kepala Tiana yang sudah tertutup topi. "Lucu banget sih jodoh masa depan gue."
Tiana berdecak sebal dan menghindar. "Ayo, jalan. Gue nggak bisa lama-lama."
Ega memberikan hormatnya pada Tiana. "Siap, Bu Bosnya Ega."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Dunia Tiana [ END]
Teen FictionPernah menjadi korban perundangan membuat Tiana terpaksa membagi dunianya, antara kehidupan sehari-hari dan kehidupan di sekolahnya. Menjaga kehidupan dua dunianya untuk tetap seimbang sudah cukup sulit dan kehadiran seorang Erlangga Auditama yang m...