I never meant fall in love
I never felt this way about anyone else — Erlangga Auditama
Kalau biasanya Ega akan pergi ke mal dengan sahabatnya yang lain, maka kali ini dia pergi dengan seorang gadis yang sangat disukainya. Ya, siapa lagi kalau bukan Tiana.
Setelah membujuk Tiana dengan 1001 cara, akhirnya Ega berhasil mengajak gadis itu pergi menonton bersamanya di sore hari ini yang tidak terlalu panas.
Sayangnya, di kencan pertama ini, Ega tidak diberi kesempatan untuk menjemput Tiana. Karena masih ada rahasia yang disembunyikan, Tiana tidak membiarkan Ega menjemputnya di rumah dan mengatakan untuk bertemu di mal saja. Namun, tetap saja Ega bersyukur karena Tiana mau pergi bersamanya hari ini.
"Mau nonton film apa, Ta?" Ega bertanya pada Tiana dengan senang hati. Meski dia yang mengajak Tiana, tetapi keputusan sepenuhnya Ega berikan pada gadis itu.
"Lo yang ngajak gue, tapi kenapa lo juga yang nanya?" Tiana hampir berdecak sebal. Gadis itu pikir, Ega sudah menentukan akan menonton film apa.
Ega memamerkan deretan gigi rapinya. "Gue mah terserah mau nonton apa, yang penting sama lo."
Baiklah. Kalau memang itu yang Ega inginkan, artinya Tiana bebas memilih film yang ingin dia tonton, kan?
"Lo sukanya nonton film apa?" Tiana bertanya pada Ega selagi dia melihat daftar-daftar film yang sedang ditayangkan.
"Petualangan, action, atau superhero gitu," jawab Ega apa adanya. "Tapi kadang suka yang melodrama juga sih."
Tiana mengangguk paham. "Terus yang nggak lo suka?"
"Horor!" Ega menjawab dengan berapi-api tanpa perlu berpikir sedetik pun.
Tolong jangan tertawakan Ega. Ketidaksukaannya pada film horor sudah jelas karena dia penakut. Bahkan orang tampan sekali pun pasti memiliki kekurangan, kan? Nah, kekurangan di balik ketampanan wajah Ega adalah ketakutannya pada hantu.
Namun, kadang kala dia lebih memilih untuk pergi ke makam ke mamanya dan bermalam di sana. Jika Ega melakukannya, itu artinya beban yang dia tanggung lebih besar dari rasa takutnya pada hantu.
"Kalau gitu nonton film horor, ya?" Wajah Tiana tampak berseri-seri, dengan sedikit ekspresi jail. "Gue suka banget sama film horor dan kebetulan ada yang lagi rame."
Inilah hasilnya kalau terlalu jujur sama gebetan yang sulit digapai. Niat hati ingin membangun suasana romantis dengan mengajak Tiana menonton film—karena Ega pikir gadis itu pasti menyukai film romansa—yang terjadi justru malah sebaliknya. Bagaimana mereka bisa membangun suasana romantis kalau Ega sendiri bahkan tidak suka film horor?!
Pasti yang ada bukannya Tiana yang berlindung di balik lengannya, justru Ega yang kelimpungan mencari tempat bersembunyi.
"Harus banget nonton film horor, ya, Ta?" Ega meringis, tampak seperti ingin menolak. "Nggak mau nonton film yang romantis aja gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Dunia Tiana [ END]
Teen FictionPernah menjadi korban perundangan membuat Tiana terpaksa membagi dunianya, antara kehidupan sehari-hari dan kehidupan di sekolahnya. Menjaga kehidupan dua dunianya untuk tetap seimbang sudah cukup sulit dan kehadiran seorang Erlangga Auditama yang m...