Bab 31. Jarak

540 135 72
                                    

Your heart is all fogged up

I can't see how your feeling Tatiana Salarasa

Mata Tiana terlihat sembap pagi ini karena menangis semalaman. Gadis itu berhasil pulang dengan selamat berkat Bara.

Ya, ketika dia berjalan tanpa alas kaki dan tampak begitu menyedihkan, Bara melihatnya dan langsung menawarkan tumpangan untuk mengantarnya pulang. Sebenarnya, Bara memang mencari keberadaan Tiana setelah Ega menceritakan kenapa dia menangis dengan begitu menyedihkan sambil memeluk lutut.

Kalau saja bisa, sebenarnya Tiana tidak ingin pergi ke sekolah hari ini. Gadis itu masih tidak sanggup untuk menghadapi kemarahan Ega padanya. Rasanya cukup sekali saja dia melihat Ega menatapnya dengan penuh kecewa. Tiana tidak ingin melihatnya lagi karena terlalu menyakitkan baginya.

Nyatanya, Tiana lebih takut pada kemarahan Ega daripada kemungkinan kalau dia akan dirundung lagi karena ketahuan berbohong. Hinaan-hinaan semalam pasti akan terus berlanjut sampai semua orang bisa melupakannya dan Tiana hanya bisa pasrah.

Gadis itu kembali menjadi orang pertama yang datang dan seperti biasa pula, dia akan selalu disibukkan dengan buku-buku pelajarannya. Setiap kali ada yang datang, Tiana harus menahan napas karena takut.

"Eh, si tukang bohong masih berani masuk? Kirain langsung pindah sekolah ke Bali." Celetukan anak perempuan itu jelas dimaksudkan untuk menyindir Tiana, yang saat ini sedang mati-matian mencoba untuk tidak tersinggung. "Hebat banget pura-pura kaya selama 2 tahun."

"Ya, hebatlah! Orang 2 tahun didanai sama om-om." Anak perempuan lainnya menyahut dengan tawa mengejek. Dia adalah salah satu tamu undangan Safana semalam. Jadi, wajar kalau dia tahu mengenai hal ini. "Tapi apa rasanya jadi simpanan om-om yang anaknya teman sekelas lo, Ti?"

"Parah sih, Anjing!" Sekarang giliran anak laki-laki yang menyeletuk. Dia hanya tidak tahan saja untuk tidak ikut mengejek Tiana. "Bisa-bisanya lo dibucinin sama Ega, tapi ternyata jadi simpanan bokapnya. Ckckck, parah lo. Kasian anak orang tau, masa saingannya bapak sendiri."

Ya, sudah menjadi rahasia umum kalau Ega adalah budak cintanya Tiana. Laki-laki itu kerap kali menunjukkan perhatian lebih pada Tiana. Membuat siapa saja yang melihatnya akan dengan mudah menyimpulkan, kalau Ega benar-benar sangat menyukai Tiana sebanyak dan sedalam itu.

Mendengar celetukan yang bersahut-sahutan itu membuat anak-anak di kelas tertawa. Meski tidak semuanya mengejek Tiana, tetapi sindiran-sindiran itu berhasil membuat semua orang bereaksi untuk merendahkan Tiana.

"Nanti kalau kuliah nggak usah pake acara bohong segala, Ti." Seorang anak laki-laki mengingatkan dengan tujuan baik. Namun, tetap saja sindirannya terdengar begitu kental. "Jangan juga sampe jadi simpanan dosen. Malunya pasti bisa sampe wisudaan."

Semua sindiran kasar itu Tiana biarkan saja keluar masuk di telinganya. Gadis itu tidak punya kalimat apa pun untuk membela diri. Tidak peduli apa pun yang Tiana katakan, semua teman-temannya sudah terlanjur berpikir kalau dia adalah simpanan om-om.

Bayu yang mendengar semuanya hanya bisa menatap Tiana dengan penuh kesedihan. Tidak seperti laki-laki yang semalam mengungkapkan rasa jijiknya karena pernah menyukai Tiana, Bayu malah merasa kasihan pada Tiana saat ini.

"Bucinnya datang, Guys." Celetuk seorang anak laki-laki. Dia menutupi sebelah wajahnya, seolah-olah tidak ingin ada yang mendengar ucapannya. Padahal nyatanya, seisi kelas mendengar ketika dia mengumumkan kedatangan Ega.

Pagi ini, Ega memasang tampang yang begitu dingin, seperti baru saja keluar dari lemari es. Ekspresi wajahnya tampak keras dengan tatapan yang begitu tajam. Namun, bukannya menempati tempat duduknya di samping Tiana, Ega malah menempati kursi orang lain tanpa permisi.

Dua Dunia Tiana [ END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang