Bab 18. Kepingan Rasa Sakit [2]

456 141 38
                                    

Ican't endure this pain — ErlanggaAuditama.

Ican't endure this pain — ErlanggaAuditama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tiana!"

Merasa namanya diteriaki dengan begitu kencang, Tiana segera menghentikan langkahnya dan mencari tahu siapa yang memanggil. Dilihatnya, beberapa laki-laki berseragam SMA Bakti Mulia turun dari motor dan menghampirinya. Tiana jelas tidak mengenal satu pun di antara mereka, tetapi semua laki-laki itu jelas mengenalnya.

"Lo Tiana, kan? Teman dekatnya Ega?" Bara bertanya kala Tiana sudah memasang tampang penuh kebingungan di wajahnya.

Gio yang pernah memuji kecantikan Tiana ketika melihatnya dari sebuah foto tampak bergumam takjub saat bisa melihat secara langsung. Namun, langsung diberikan sikutan tajam oleh Nando, membuatnya mengaduh karena terkejut, tanpa melayangkan protes apa pun.

Tiana menatap kelima sahabat Ega dengan penuh kebingungan, kemudian meralat dengan ringisan. "Teman sekelas ... lebih tepatnya."

"Hari ini Ega masuk sekolah nggak?" Sekarang, giliran Ibra yang bertanya.

Tiana menggeleng, menjawab apa adanya. "Hari ini Ega nggak masuk. Dia absen."

"Tapi kemaren Ega masuk, kan?" Itu Bima. Meski dia yang terlihat paling suka mengejek Ega, tetapi rasa khawatirnya juga sama besarnya seperti yang lain.

"Kemaren cuma masuk sampe jam pelajaran kedua."

Jawaban Tiana sontak membuat kelima laki-laki di depannya menatap satu sama lain.

"Sebenarnya dia ke mana sih? Nggak biasanya banget ngilang begini." Gio mengutarakan kebingungannya, yang juga dirasakan oleh sahabatnya yang lain—setelah tidak lagi terpesona oleh Tiana. "Waktu terakhir nongkrong juga sikapnya aneh banget."

"Peringatan kematian mamanya masih beberapa hari lagi, kan?" Nando ikut menyeletuk dan menatap yang lain.

Memang di setiap tahunnya Ega akan mengambil satu hari untuk dirinya sendiri. Hari di mana dia akan menghilang dari pandangan semua orang dan hanya dia yang tahu ke mana tujuannya. Hari yang bertepatan dengan kematian mamanya, yang memang laki-laki itu sengaja meluangkan waktu satu harinya untuk wanita yang paling dicintainya di dunia ini.

Jadi, kalau Ega tidak bisa dihubungi di hari kematian mamanya, maka teman-temannya akan maklum dan tidak akan kelimpungan mencari. Sayangnya, Ega sudah bertingkah aneh sejak beberapa hari yang lalu, membuat mereka bertanya-tanya dalam rasa khawatir.

Tiana yang baru mengetahui fakta ini tampak terkejut. Tiba-tiba saja dia teringat pada hari di mana dia menemani Ega membeli bunga untuk mamanya. Saat itu Ega bersikap seolah sang mama masih bersamanya, alih-alih sudah pergi meninggalkannya lama sekali.

Hati Tiana rasanya seperti diiris ketika dia mengingat betapa bahagianya Ega saat membicarakan sang mama. Laki-laki itu menyembunyikan kesedihannya dengan sangat baik. Sampai-sampai Tiana terkecoh dan bodoh sekali karena dia berpikir mama Ega sungguh menyukai rangkaian bunganya, alih-alih Egalah yang menyukainya.

Dua Dunia Tiana [ END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang