Bab 16. Di Atas Kebohongan

497 126 13
                                    

You can't constantly lie and expect people to trust you - Unknown.

"Ta, semalam lo datang ke sirkuit, ya?" Ega langsung bertanya begitu dia menduduki kursinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ta, semalam lo datang ke sirkuit, ya?" Ega langsung bertanya begitu dia menduduki kursinya. Sungguh, dia tidak bisa menghilangkan pemikiran itu sejak semalam.

Setelah perayaan kemenangannya, Ega bermaksud untuk menelepon Tiana, tetapi malam sudah sangat larut. Alhasil, dia menahan rasa penasarannya hingga 2 detik yang lalu.

"Halu, ya, lo?" Tiana membalas setengah sinis untuk menyembunyikan kebenarannya.

Ega menggaruk ujung pelipisnya. Laki-laki itu tidak sepenuhnya yakin dengan sosok yang dilihatnya semalam. Apakah itu memang benar Tiana atau hanya seseorang yang kelihatan mirip dan menggunakan jaket yang sama seperti miliknya yang dia berikan pada Tiana? Karena jarak semalam terlalu jauh, juga gelap.

"Saking sukanya sama lo kalik, ya, makanya jadi halu gitu." Pada akhirnya, Ega menganggap dirinya halu sambil tertawa. Alih-alih penglihatannya tidak salah sama sekali. "Btw, semalam gue menang loh, Ta," katanya dengan nada pamer yang disengaja.

Tiana membanting pulpennya ke meja dan menatap nyalang Ega. "Sebenarnya apa sih yang lo taruhin sama Rafael sampe harus ngebahayain diri dengan balapan?"

"Kalau gue menang, Rafael nggak akan ganggu gue lagi, tapi kalau gue kalah, gue bakalan keluar dari sini."

Tiana tampak terkejut dengan jawaban Ega. Apa yang laki-laki di depannya ini pikirkan ketika menyetujui taruhan itu?

"Lo emang biasa nyepelein sesuatu, ya?" Tiana terdengar sinis dengan pertanyaannya. "Semuanya aja lo anggap enteng, Ga. Kemaren nyawa lo, sekarang sekolah lo. Besok apa lagi? Masa depan lo?"

Lagi-lagi Tiana tidak bisa menahan kemarahannya. Gadis itu hanya khawatir, tetapi menunjukkannya dengan cara yang salah.

"Tapi kan yang penting gue udah menang, Ta dan gue nggak kenapa-napa sekarang," balas Ega menenangkan. "Bukannya lo sendiri yang bilang kalau keselamatan gue lebih penting."

"Besok-besok juga kalau Rafael ngajak balapan lo bakalan bilang begini lagi, kan?"

"Ini bakalan jadi yang terakhir. Janji." Ega tidak akan segan untuk bersumpah kalau Tiana memang menginginkan hal itu.

"Sorry." Tiana meminta maaf atas kesalahan yang tidak Ega ketahui. "Gue nggak bermaksud untuk marah sama lo. Gue cuma-"

"Cuma khawatir sama gue?" Ega memotong cepat. Laki-laki itu tampak begitu percaya diri saat mengataknnya.

Tiana menggeleng keras dan mempertahankan ekspresinya agar tetap datar. "Gue nggak khawatir."

Ega memercayai kebohongan Tiana dengan anggukan dan senyum jahil yang disimpan untuk dirinya sendiri. "Iya, deh, yang nggak pernah khawatir sama gue. Emang cuma gue doang yang khawatir kalau rasa suka gue sama lo makin lama makin banyak cabangnya."

Dua Dunia Tiana [ END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang