If you have a problem with my attitude and that's not my problem -Unknown.
"Chat gue kenapa nggak dibalas tadi malam?" Ega bertanya, dengan nada yang jelas terdengar penuh protes. "Gue nunggu sampe ketiduran loh."
Upacara pada Senin pagi ini bahkan belum dimulai, tapi Tiana sudah harus mendengar rengekan Ega ketika laki-laki itu mengambil duduk di sampingnya.
"Kan emang chat lo nggak pernah gue balas. Terus kenapa masih nunggu?" Tiana membalas dingin. Tidak ada yang berubah dari hubungan mereka, meski kemarin gadis itu mengucapkan terima kasih.
"Ya, kalik aja gitu, tiba-tiba lo sebelum tidur kepikiran sama gue, terus mau ngucapin selamat malam ke gue. Makanya gue tungguin."
"Percaya deh, gue nggak bakalan balas chat apalagi nelepon lo kalau nggak penting-penting amat," sahut Tiana ketus, "Jadi, berhenti ngirim pesan ke gue. Spam tau!"
"Ya, makanya dibalas dong. Biar nggak jadi spam," sahut Ega tidak mau kalah, "Kalau capek ngetik, voice note juga nggak papa."
Tiana memutar malas bola matanya, kemudian meninggalkan Ega dengan segala ocehan tidak jelasnya pagi ini. Lebih baik Tiana menunggu di lapangan saja daripada duduk di sebelah Ega.
Memang belakangan ini Ega kerap kali mengirimkan pesan pada Tiana. Kebanyakan adalah pesan tidak penting yang mengganggu, sama mengganggunya seperti saat mereka berada di sekolah.
Tiana tidak pernah membalasnya dan biasanya hanya akan dibaca saja, tapi Ega tidak pernah patah semangat. Laki-laki itu tetap antusias setiap kali mengirimkan pesan pada Tiana, meski tidak pernah mendapatkan atensi.
Dan sama seperti seminggu terakhirnya, tidak ada hari tanpa gangguan dari Ega. Hari Senin yang melelahkan ini terasa makin berat karena Ega yang terus mencari cara untuk menarik perhatian Tiana, tapi Tiana tetap dengan keteguhan hatinya untuk tidak meladeni Ega. Hari ini saja, Tiana tidak ingin marah-marah.
"Hati-hati di jalan, Ta. Jangan sampe lecet. Lo jodoh masa depan gue soalnya."
Bisa bayangkan betapa malunya Tiana ketika Ega meneriakkan kalimat itu tepat di depan taman-teman yang lain? Rasanya Tiana ingin mengambil tong sampah, kemudian memasukkan kepala Ega ke dalamnya.
Sebenarnya, sarapan jenis apa yang Ega makan tadi pagi, hingga kegilaan laki-laki itu bertambah ketika hari makin siang? Untung saja Tiana sudah jauh dari Ega, kalau saja tangannya sampai untuk menjambak rambut laki-laki itu, pasti Tiana akan melakukannya. Biar saja dibilang melakukan kekerasan pada teman sekelasnya.
"Ga, lo beneran suka sama Tiana, ya?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang laki-laki yang tidak lebih tinggi dari Ega. "Kayaknya dari hari pertama ngedeketin Tiana mulu."
Tunggu sebentar, Ega lupa siapa namanya. Dia harus mengingatnya dulu sebelum menjawab, meski jawabannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan nama laki-laki itu, Bayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Dunia Tiana [ END]
Teen FictionPernah menjadi korban perundangan membuat Tiana terpaksa membagi dunianya, antara kehidupan sehari-hari dan kehidupan di sekolahnya. Menjaga kehidupan dua dunianya untuk tetap seimbang sudah cukup sulit dan kehadiran seorang Erlangga Auditama yang m...