Bab 41. Meraih Restu [END]

824 174 35
                                    

"Ta, kira-kira ayah lo mau nggak, ya, ketemu sama gue lagi? Dia kan taunya kelakuan gue minus banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ta, kira-kira ayah lo mau nggak, ya, ketemu sama gue lagi? Dia kan taunya kelakuan gue minus banget. Mana kemaren sempat kabur lagi dari rumah. Ya Tuhan, malu banget gue, Ta!" Ega merengek manja pada Tiana di sampingnya.

Sungguh, laki-laki itu sudah kehilangan wajahnya di depan ayah Tiana karena tindakannya malam itu. Lalu, fakta kalau ayah Tiana juga tahu perihal dirinya yang kabur membuatnya benar-benar malu sampai ke tulang rusuk.

"Kan ketemu sama ayah cuma buat ngenalin lo sebagai teman gue. Ngapain dibawa ribet?" Tiana menyahut setengah ketus karena laki-laki di sampingnya ini terlalu dramatis.

"Ya, tetap aja muka gue udah hilang setengah, Ta, karena kejadian malam itu." Kini, Ega menjejakkan kakinya dengan wajah yang hampir luntur. "Pasti nilai gue yang awalnya 100 di mata ayah lo, sekarang jadi -1000. Miris banget!"

"Bawel banget, ya ampun!" Tiana menggeram karena Ega yang lagi-lagi menguji kesabarannya dengan bertingkah kekanak-kanakan. "Mau ketemu ayah atau enggak? Kalau nggak mau, gue tinggal masuk nih."

"Jadi, jadi, jadi!" Ega menahan tangan Tiana ketika gadis itu hendak berjalan memasuki rumah meninggalkannya. "Tapi lo temenin gue, ya. Jangan ke mana-mana. Gue takut soalnya."

Tiana mengembuskan napas kasar dengan gelengan pelan. Benarkah laki-laki di depannya ini adalah laki-laki yang sama dengan yang mengajak Tiana untuk mempertemukannya dan sang ayah beberapa waktu lalu? Rasanya mustahil! Sosok itu seperti dua kepribadian yang berbeda.

Tanpa menjanjikan apa pun, Tiana melangkah masuk ke rumahnya, diikuti Ega di sebelahnya yang setia menggandeng lengannya.

"Ayah." Tiana memanggil ayahnya yang terlihat sedang sibuk dengan pembukuannya. "Ada tamu yang mau ketemu sama Ayah."

Ayah Tiana mengangkat kepala dan tersenyum kecil saat melihat kehadiran Ega. Laki-laki itu melepas kacamatanya, kemudian membereskan barang-barangnya di meja dan mempersilakan Ega duduk.

"Tolong bikinkan Ayah minum, ya. Teh tawar aja," kata ayah Tiana pada sang putri. "Sekalian sama Ega juga."

Ega menggeleng pada Tiana, pertanda gadis itu tidak boleh meninggalkannya sendiri. Jujur saja, Ega masih agak trauma saat harus berbicara berdua saja dengan ayah Tiana. Takut kalau dia akan kembali diberikan kejutan seperti malam itu.

"Yah, Eganya jangan diceritain cerita hantu, ya. Dia penakut soalnya." Tiana membocorkan rahasia Ega dengan sengaja pada ayahnya.

"Ta~" Ega merengek dengan wajah meminta belas kasihan, sekaligus menahan malu di depan ayah Tiana.

Ega pikir, Tiana benar-benar jahat padanya. Bahkan ini lebih jahat dari saat Tiana membuatnya mengerjakan PR di hari pertamanya masuk.

Tiana tertawa dan melepaskan tangan Ega darinya. Kemudian berjalan menuju dapur, meninggalkan dua laki-laki beda generasi itu untuk berbincang.

Dua Dunia Tiana [ END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang