Bab 24. Konsekuensi

473 123 39
                                    

Sigh, this punishment -_-  — Erlangga Auditama 

Dering handphone Ega menyadarkan Tiana dari momen terpakunya, yang hingga detik ini masih menatapnya tanpa pernah bosan sedikit pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dering handphone Ega menyadarkan Tiana dari momen terpakunya, yang hingga detik ini masih menatapnya tanpa pernah bosan sedikit pun. Ega merogoh sakunya untuk mengambil handphone dan berdecak sebal saat menyadari layar handphone-nya yang pecah. Pasti handphone laki-laki itu pecah karena terjatuh ketika berkelahi dengan Rafael tadi. Namun, ada hal lain yang membuatnya jauh lebih kesal sekarang, yaitu saat melihat siapa yang meneleponnya saat ini.

"Hmmm?" Ega hanya membalas dengan gumam. Laki-laki itu tidak ingin repot dengan bertanya menggunakan kata.

"Papa dipanggil ke sekolah kamu. Katanya kamu tadi habis berantem sama teman kamu." Suara di seberang sama terdengar berat di telinga Ega. "Berantem kenapa?"

"Nggak usah datang! Aku bisa ngurus masalah ini sendiri. Bilang aja Papa lagi ke luar kota." Ega menyahut dengan dingin, bahkan suaranya kental dengan perintah. "Kalau ditanya soal mama, bilang aku nggak punya mama lagi."

Tanpa ingin mendengar balasan papanya, Ega langsung memutuskan sambungan teleponnya, kemudian menelepon seseorang. Sementara Tiana menahan napas ketika mendengar Ega berbicara dengan nada yang begitu dingin. Berbanding terbalik dengan nada bicara yang laki-laki itu gunakan saat berbicara padanya.

Rupanya, Ega benar-benar memiliki hubungan yang sangat tidak baik dengan sang papa dan menyaksikannya secara langsung, entah kenapa membuat Tiana merasa sedih.

"Lo di mana?"

"Jalan ke sekolah. Kenapa?" Suara Bara menjawab di seberang sana.

"Bisa ke sekolah gue bentar nggak buat ngantar Tiana pulang? Ntar habis itu baru lo balik ke sekolah."

Jelas saja permintaan Ega membuat Tiana mengerutkan alis. Kenapa laki-laki itu meminta seseorang untuk mengantar Tiana pulang dan kenapa juga Tiana harus pulang?

"Loh, ngapain gue ngantar dia pulang? Nggak sekolah dia emangnya? Terus lo di mana sekarang?" Bara mengajukan banyak pertanyaan karena terlalu bingung dengan permintaan Ega yang tiba-tiba.

"Gue abis kelahi sama Rafael. Sekarang ditunggu di ruang guru. Tiana keningnya luka karena kena meja, makanya gue minta lo buat ngantar dia pulang."

Sekarang, rahang Tiana hampir jatuh ke lantai karena mendengar penuturan Ega. Haruskah dia benar-benar pulang hanya karena luka yang tidak sampai sebesar kuku jari kelingkingnya itu?

"Rafael mukulin lo lagi?" Bara terdengar menahan geramnya di seberang sana, kemudian berdecak sebal. "Maunya apa sih itu anak?"

"Ntar gue ceritain. Buruan jemput Tiana di—" Ega tidak sempat menyelesaikan titahnya karena Tiana merampas handphone-nya dan mengambil alih pembicaraan dengan Bara.

"Hai, Bar, ini gue Tiana. Nggak usah dengerin Ega, ya. Gue nggak papa kok, cuma luka dikit. Jadi, nggak usah jemput gue di sekolah. Lo lanjut aja jalan ke sekolah. Bye, Bara." Tiana tidak membiarkan Bara merespons ucapannya bahkan untuk satu kata karena sambungan teleponnya langsung dia putuskan. Kemudian mengembalikan handphone Ega dengan sedikit kasar. "Apa-apaan sih nyuruh orang buat jemput gue segala? Gue nggak mau pulang!"

Dua Dunia Tiana [ END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang