Bab 04. Pendekatan Cinta

1K 234 15
                                    

You don't seem interested in anyone at all

What are you looking at now? — Erlangga Auditama.

Akhirnya, setelah bertahan selama berjam-jam dari gangguan Ega yang tidak ada habisnya, bel tanda pelajaran sudah selesai mengumandangkan suaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya, setelah bertahan selama berjam-jam dari gangguan Ega yang tidak ada habisnya, bel tanda pelajaran sudah selesai mengumandangkan suaranya. Ini benar-benar pertama kalinya Tiana mendambakan jam pulang sekolah lebih dari dia mendambakan hari libur.

Gadis itu tampak membereskan buku-bukunya dengan tergesa, membuat Ega di sampingnya menatap penuh keheranan karena dia sendiri bergerak sangat lambat, seolah ingin menikmati momen membereskan buku sambil menatap Tiana.

"Mau ke mana sih? Kok keliatannya buru-buru banget?" Ega yang tidak pernah suka menyimpan pertanyaan lebih dari 5 detik di dalam kepalanya mencoba untuk menuntaskan rasa penasarannya sesegera mungkin.

"Ya, pulang. Emang ke mana lagi?" Tiana menyahut setengah ketus tanpa memberikan atensinya pada Ega.

"Ya, nggak usah buru-buru juga." Ega mengingatkan dengan tawa kecil. "Rumah lo nggak bakalan lari."

Tiana tidak memedulikan lelucon Ega. Gadis itu tetap bergerak secepat yang dia bisa untuk membereskan buku-bukunya, kemudian keluar dari kelas, menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu meninggalkan kelas.

Ketika menutup ritsleting tasnya, Ega tidak sengaja bertemu pandangan dengan Rafael yang ternyata sedang menatapnya. Laki-laki itu tidak langsung mengalihkan pandangan seolah takut tertangkap basah atau takut dimarahi, melainkan dia membalas tatapan Rafael selama 3 detik, sebelum bangkit dari duduknya untuk keluar dari kelas.

Ega tidak ingin memulai keributan dengan sengaja. Jadi, tidak ada alasan untuk menantang Rafael hanya karena laki-laki itu yang nyaris sepanjang hari ini menatapnya dengan tajam.

Sementara itu, Tiana yang sudah keluar dari gerbang, tiba-tiba saja menepuk keras keningnya saat menyadari kalau ada barangnya yang tertinggal. Karena ingin berpisah dari Ega secepatnya, Tiana malah jadi meninggalkan kardigannya. Dengan terpaksa, gadis itu kembali ke dalam sekolah untuk mengambil barangnya yang tertinggal.

Ketika berjalan di koridor menuju kelasnya, Tiana melihat Ega dari arah yang berlawanan di depannya. Laki-laki itu tidak sendiri, melainkan sedang berbicara dengan laki-laki lain yang Tiana yakini adalah Rafael, meski teman sekelasnya itu memunggunginya.

Entah kenapa, ada kekhawatiran yang tiba-tiba saja menyentil ulu hati Tiana ketika mengingat apa yang dikatakan teman-teman Ega di kantin tadi. Gadis itu merasa khawatir kalau Ega dan Rafael akan terlibat perkelahian di sekolah dan membuat masalah bagi keduanya.

Dengan sikap kepahlawanan yang muncul entah dari mana, Tiana memecahkan suasana tegang di antara Ega dan Rafael dengan mengambil tempat di sisi Ega.

"Eh, lo dicariin Bu Weni. Beliau minta tugas yang tadi pagi," kata Tiana yang jelas membuat alis Ega berkerut bingung, di tengah suasana tegang sebelumnya. "Raf, dia gue pinjam bentar, ya," tambahnya saat menjadikan Rafael sebagai lawan bicara.

Dua Dunia Tiana [ END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang