33. Luka lama

3.8K 131 2
                                    

Happy Reading

33. Luka lama.

Setelah menyelesaikan kegiatan rutinitas setiap hari Senin yang sangat menyebalkan itu, semua siswa siswi SMA Garuda kini sudah kembali ke kelasnya masing-masing untuk mengikuti pelajaran hari ini.

Sama halnya dengan Reva yang kini sedang berada di kelas sembari menelungkup kan kepalanya di meja dengan tangan nya yang di gunakan untuk menjadi bantal. Reva melirik ke kursi samping nya yang kosong, kemudian maniknya beralih melirik kursi teman-teman boy yang juga kosong.

Reva tidak memperdulikan itu. Ia kembali menelungkup kan kepalanya sembari menunggu guru sejarah datang. Baru saja ia ingin memejamkan matanya tapi suara-suara nyaring itu mengganggunya.

"Wong ko ngene ko di banding-bandingke"

"Saing-saing ke, Yo mesti kalah"

"Kalah tenan" Sahut Rafa yang kini ikut bergoyang bersama Riyan.

"Tak oyako aku yo ora mampu"

"Mung sak kuatku mencintaimu"

"Affah iyah deck" Balas Rafa sekena nya.

Reva menghembuskan nafasnya kasar, jika seperti ini dirinya tidak akan bisa tidur tenang. Kepalanya sedang berdenyut-denyut dan ini di tambah lagi dengan suara Ryan dan Rafa yang bernyanyi dengan suara merdunya. Iya merdu. Merusak dunia. Membuatnya semakin pusing.

Ia bangkit dari duduknya, kemudian kakinya jenjang nya melangkah keluar dari kelas yang bising itu. Kakinya melangkah entah kemana, yang jelas Reva ingin pergi ke tempat yang tidak berisik dan tenang untuk meredakan pening di kepalanya.

Kaki jenjang nya berhenti di taman belakang sekolah yang sepi. Maniknya menemukan kursi panjang yang berada di tengah-tengah taman itu, dengan cepat ia berjalan mendekati kursi panjang itu dan mendudukan bokong nya disana.

Cukup menenangkan disini. Kenapa dirinya baru tau jika di belakang sekolah ada sebuah taman yang cukup asri ini? Jika tau begini dia akan memilih untuk sering menghabiskan waktu disini dengan secangkir kopi.

Tunggu. Jika membahas soal kopi, Reva ingat kejadian kemarin yang membuatnya kesal dengan boy.

Baiklah lupakan itu, saat ini dia hanya ingin meredakan pusing di kepalanya tanpa harus memikirkan hal yang sudah berlalu. 

Reva menikmati terpaan angin yang menerpa wajahnya, di susul dengan bau segar dari dedaunan dan bunga yang berada di sekitarnya. Huh, ini sedikit meredakan pening di kepalanya.

Saat sedang asik-asik nya menikmati terpaan angin, tiba-tiba handphone yang berada di sakunya berdering. Dengan segera ia mengambil benda pipih itu dari saku nya.

Boyfie call . . .

Nama itu yang pertama muncul di layar handphone nya, dengan segera Reva menggeser tombol hijau.

"Dimana?"

"Taman, kenapa?"

"Tunggu disana"

GRISHAM BOY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang