39. Penyusup?

2.9K 145 1
                                    

Happy Reading

39. Penyusup?

Suara bising dari knalpot motor menggema di area ini. Sorakan demi sorakan ikut terdengar di gendang telinga. Manusia-manusia yang suka dengan dunia malam, ikut bergabung dalam arena balap. Dimana disini mereka akan mendapatkan sebuah hiburan gratis, yang pastinya menyenangkan.

Sama halnya dengan kedua anak manusia itu yang sedang duduk di atas ban sembari menatap berbinar ke arena balap yang sudah terisi oleh mereka-mereka yang sudah siap dengan kuda besinya. Melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, mencari sebuah ketenangan juga keseruan.

"Gamau ikut?." Tanya gadis itu menatap kekasihnya.

Boy mengalihkan pandangan nya ke gadis di samping nya, kemudian menggeleng. "Males."

"Kalo aku yang ikut, boleh?." Tanya Reva.

"Gaboleh."

"Kenapa?."

Boy menatap intens Reva, kemudian menghembuskan nafas beratnya. "Bahaya, re." Jawab laki-laki itu.

"I'm used to threatening things." Balas gadis itu.

Boy mengangguk menyetujui. "Tau, tapi itu sebelum sama aku." Timpal boy.

Reva mengernyitkan kening nya bingung, bagaimana bisa laki-laki itu tau? Padahal ia merasa bahwa dirinya tak pernah mengatakan hal ini sebelumnya, dan ucapan nya tadi hanya sebuah penekanan bukan pernyataan.

"Kamu tau?."

"Hm.. Balapan, ngrokok, minum, leader gangster. That is you." Jawab boy sembari mengecup singkat pipi mulus gadis itu.

"Boy, itu belum semuanya." Celetuk gadis itu menatap lekat kekasihnya.

Boy menyunggingkan sudut bibirnya. "And I know all that." Reva semakin bingung. Entah mengapa boy seakan-akan tau semua tentang dunia gelapnya, tetapi yang membuatnya lebih bingung adalah sikap tenangnya. Seakan-akan itu bukan masalah besar.

"Dan kamu diem aja?." Tanya nya sembari menaikan satu alisnya.

Boy menggeleng. "Engga, buktinya aku nglarang kamu buat minum, ngrokok, dan balapan." Balas laki-laki itu.

Reva mengangguk, boy memang melarangnya untuk melakukan semua itu. Tetapi boy tidak pernah melarangnya untuk tetap menjadi leader Almost. Boy mengerti tanggung jawab yang di miliki oleh nya, sama seperti tanggung jawab laki-laki itu. Dan itu bukanlah hal yang sepele. Laki-laki itu menghargai apa yang sudah pernah ada dalam hidup Reva sebelum ada dirinya, termasuk dunia gelap Reva. Meskipun ada beberapa hal yang menurut ia harus Reva jauhi. Dan Reva memahami itu.

Netra Reva menatap ke arah arena balapan yang sudah kembali di isi oleh dua laki-laki yang sudah siap di masing-masing kuda besinya. Ia tersenyum sumringah ketika mendapatkan ide dari hasil melihatnya.

"Boy."

"Apa sayang."

"Ayo kita main tebak-tebakan." Ajak gadis itu dengan antusias. 

GRISHAM BOY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang