43. Bitch!

2.5K 117 9
                                    

Happy Reading

43. Bitch!

"Saya mau ambil motor titipan Ray." Ujar reva kepada salah satu pegawai di bengkel itu.

Laki-laki di samping nya mengerutkan kening nya, Ray? Motor titipan Ray? Maksud gadis nya apa?

"Oh mau ambil motor titipan mas Ray, sebentar ya kak." Reva pun mengangguk.

Gadis itu memilih untuk duduk di kursi panjang yang tersedia di sana sembari menunggu motornya yang sedang di ambil, di susul dengan boy yang ikut duduk di kursi itu.

"Ray siapa?." Tanya laki-laki itu.

Reva menoleh. "Yang nolong aku, waktu ban motor aku bocor." Jawab gadis itu.

"Bocor? Kapan? Kok ga bilang sama aku?." Tanya laki-laki itu berturut-turut.

"Semalem, waktu aku mau ke basecamp. Ban aku tiba-tiba bocor di jalan ter--."

Belum reva melanjutkan bicaranya, pegawai tadi datang dari dalam sembari membawa motor sport merah miliknya.

"Ini motornya kak."

Reva mengangguk. "Totalnya berapa?." Tanya gadis itu.

"Semua biaya nya udah di bayar sama mas Ray kak, kalo gitu saya permisi." Pamit pegawai itu.

Reva mengerutkan kening nya. Seharusnya laki-laki itu tidak perlu sampe sejauh ini menolongnya, cukup membantunya membawa motornya ke bengkel dan mengantarkan nya. Kalo seperti ini ia jadi merasa punya hutang budi.

"Udah di lunasin?." Tanya laki-laki itu dari arah belakang.

Reva mengangguk. "Iya .. padahal harusnya gaperlu." Jawab gadis itu dengan lesu.

"Siapa cowo itu? orang mana? Biar aku ganti uang dia."

Reva terkekeh pelan mendengar pertanyaan beruntun dari kekasihnya. "Aku gakenal, tapi muka dia ga asing. Nanti aku coba cari tau orangnya." Boy mengangguk.

Entah kenapa hatinya tidak tenang, bukan nya ia tidak senang karna ada yang membantu gadisnya tetapi rasanya seperti ada yang ganjal di hatinya. Entah apa itu.

"Habis ini mau kemana? Pulang?." Tanya laki-laki itu sembari mengelus puncak kepala gadisnya.

"Iya .. tapi mau beli martabak dulu." Jawab gadis itu.

Boy terkekeh, mengacak gemas rambut coklat reva. "Oke, sekalian buat mommy kamu juga."

***

Reva melangkahkan kakinya memasuki pintu yang menjulang tinggi berwarna putih di susul dengan laki-laki berpawakan tinggi di sampingnya. Ia menaruh beberapa kresek putih di meja ruang tamu, kemudian menduduki bokong nya di sofa di susul dengan boy yang menduduki bokong nya di samping gadis itu.

Reva dengan antusias membuka salah satu kresek putih itu yang berisi martabak di dalam nya. Tangan nya dengan lihai mengambil potongan martabak dengan varian coklat dan keju. Lalu memakan nya.

Lembut dari adonan martabak nya, dan rasa manis dari coklatnya juga asin dari keju nya. Benar-benar menjadi favoritnya, tidak pernah ada kata bosan untuk martabak manis.

GRISHAM BOY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang