Aksa, Nara dan Ara kini tengah berjalan santai di sebuah taman bunga yang cukup ramai walau hari sudah semakin malam.
Sejak tadi, Ara sama sekali tidak mau melepas genggaman tangannya dengan Nara. Bahkan ketika Aksa menawarkan untuk menggendongnya takut-takut Ara kelelahan, putrinya itu lebih memilih bergandengan tangan dan berdempetan dengan Nara. Aksa sampai bingung kenapa gadis kecilnya ini terlihat sangat menyukai Nara, padahal mereka baru bertemu satu kali sebelum ini.
"Ara gak cape jalan terus? Biasanya suka ngambek kalo gak papa gendong?" Aksa mencoba membujuk putrinya kembali karena mereka sudah berjalan hampir satu jam menyusuri taman bunga di sana.
"Ara kuat kok, Pa. Kan ada tante Nara, Ara gak ngerasa cape jadinya." Jawaban yang sama seperti sebelumnya kembali Ara ucapkan.
"Ara mau tante Nara yang gendong?" Kini Nara yang menawarkannya pada Ara, tidak dipungkiri dia juga khawatir takut gadis kecil ini kelelahan karena terus diajak berjalan.
"Mauuuu, Ara mau digendong sama tante Nara." Ara mengulurkan kedua tangannya pada Nara memberi pesan kalau dia siap untuk digendong olehnya. Aksa dan Nara sempat betatapan sejenak, kemudian tanpa pikir panjang Nara langsung mengangkat tubuh Ara dan menggendongnya ke sebelah kiri.
"Ra? Bahu lo lagi sakit gapapa?" Tentu saja Aksa tidak melupakan hal ini, Ara sedang sakit tapi malah menawarkan untuk menggendong putrinya, Aksa tentu kembali merasa tidak enak.
"Gapapa, kok, Sa. Tangan kiri gue masih kuat buat nahan, lagian sakitnya juga udah mendingan." Jawaban Nara mencoba membuat Aksa mengerti kalau dia tidak apa-apa, walaupun sejujurnya, Nara sedikit merasa ngilu di bagian bahunya karena dia terus-terusan menggerakan tangan kanannya.
"Lo yakin? Kalo gak kuat bilang aja ya, biar gue yang gendong."
"Gapapa, Sa, santai."
"Tante liat, Ara mau ituu." Ara tiba-tiba menunjuk ke arah depan di mana ada penjual gulali di sana. Yap, jajanan yang Aksa cari-cari akhirnya ditemukan.
"Ara mau? Kita beli, ya?" Ara mengangguk semangat. Aksa dan Nara pun menuruti kemauan gadis kecil ini dan membawanya menuju tempat dimana gulali yang Ara inginkan berada.
Aksa segera memesan satu yang ukurannya lebih kecil. Lalu mereka mencari tempat untuk bersantai sejenak.
Nara menurunkan Ara dari gendongannya kemudian bernafas lega. Ia tidak mengelak kalau berat tubuh Ara cukup berat untuk anak umur lima tahun.
"Pasti berat 'kan? Lo gapapa beneran, Ra?" Sepertinya Aksa mengerti kalau Nara cukup kelelahan setelah menggendong Nara. Tapi Nara hanya membalasnya dengan tersenyum lalu bergabung bersama Ara duduk di atas rerumputan.
"Sini tante Nara bukain." Nara membantu melepas plastik yang menutupi gulali berwarna biru di tangan Ara. "Biar tangannya gak lengket tante Nara suapin aja, ya?" Anggukan semangat dari Ara mengiyakan tawaran Nara untuk menyuapinya.
Nara mengambil sedikit gulali di tangannya lalu memasukan gulali itu ke mulut Ara yang terbuka menunggu suapan pertama.
"Enak gak?"
"Manis, kaya tante Nara."
Nara tertawa geli mendengar gombalan ala-ala dari Ara. "Ara bisa aja, siapa sih yang ngajarin Ara gombal gitu? Pasti papa, ya?" Nara melirik Aksa yang ternyata juga tengah menertawakan ucapan putrinya sendiri.
"Ara gak gombal, kok. Tante Nara emang manis, makanya Ara suka." Ara lagi-lagi tersenyum, tidak tau harus menimpali seperti apa setelah digombali oleh anak kecil seumuran Ara ini. Walau masih kecil, Nara akui Ara sudah sangat lancar berbicara melebihi anak-anak seusianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[PAPA MUDA]
Novela Juvenil[NO PLAGIAT!] "Tante mau gak jadi mamanya, Ara? Papa Ara ganteng kok." "Eh? Ini anak siapa anjir? Tiba-tiba minta gue jadi emaknya?" ×× [[‼️Mengandung Kata-Kata Kasar‼️]] Start : 28 Juni 2022