Aksa, Nara dan Ara kini berada di sebuah kedai makanan laut yang katanya cukup terkenal di sana.Mereka duduk lesehan dengan pemandangan laut biru sebagai pemanis mata. Aksa sendiri memilih untuk duduk di samping Nara agar tidak menghalangi pemandangan dengan Ara sebagai penengah di antara mereka.
Hanya butuh waktu beberapa menit sampai hidangan yang mereka pesan akhirnya diletakan di meja oleh para waiters. Ada banyak makanan laut yang tersaji di hadapan mereka, membuat Nara menelan salivanya tergoda membayangkan betapa lezatnya makanan-makanan itu.
"Dimakan, Ra, katanya laper."
"Hah? Oh, iya-iyaa, ini gue mau makan kok." Nara segera mengambil piring kosong sebagai wadah, lalu satu persatu dia mengambil berbagai jenis seafood ke dalam piringnya tanpa rasa jaim.
"Kalo kurang pesen lagi aja." Aksa yang memang memperhatikan Nara sesekali sedikit terhibur melihat bagaimana Nara tidak sabaran melahap makanannya. Aksa akui, Nara memang unik.
"Ini aja masih banyak tau."
"Abis lo kaya gak makan setaun gitu, laper banget, Mbak?" Mulut Nara yang terisi penuh membuat pipinya mengembung, ditambah dia mencebikan bibirnya setelah mendengar ucapan Aksa. Tangan kirinya langsung memukul bahu pria itu yang kini malah menertawakannya.
"Papa kupasin kulit udangnya dong." Ara menarik ujung lengan kaos Aksa sambil menunjuk udang yang berada di tengah hidangan.
"Ara mau udang?" Ara mengangguk, segera Aksa mengambil satu udang yang ukurannya cukup besar untuk dia kupas kulitnya. Setelah selesai, dia langsung menyuapi putrinya yang sudah siap membuka mulut.
Tak lupa dengan Nara, gadis itu yang melihat bagaimana Ara menikmati udangnya yang terlihat enak itu pun jadi ingin mencobanya juga.
Nara mengambil satu udang lagi lalu memberikannya pada Aksa, membuat pria itu menatap Nara dengan raut tanya. "Kupasin juga dong," pintanya sambil menyengir lucu.
Aksa tersenyum simpul seraya mengambil udang di tangan Nara menggunakan sumpitnya lalu meletakkan udang itu di atas piring Nara. "Kupas sendiri," katanya.
Nara mencebik kembali, melirik sinis pria di sampingnya. 𝘈𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢𝘢𝘯 𝘤𝘰𝘣𝘢, 𝘨𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘴𝘪𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶.
Pun akhirnya Nara benar-benar mencoba mengupas udangnya sendiri, walaupun sebenarnya dia ragu. Jujur saja, Nara ini bukannya Norak karena tidak bisa mengupas kulit udang, hanya saja dia memang sama sekali tidak pernah berhasil jika mencobanya sendiri. Dari dulu, Bastianlah yang selalu membantunya.
Bahkan sekarang entah bagaimana cara yang benar untuk mengupas, Nara hanya mengikuti nalurinya saja tanpa tau kalau caranya itu salah. "Kok susah, sih," gumamnya.
Sementara Nara yang terus berusaha, Aksa malah terlihat tengah menahan tawanya melihat Nara yang kesusahan. Aksa benar-benar menunggu Nara merengek meminta bantuannya.
"Aksaa gak bisaa." Dan benar saja, harapan Aksa langsung terkabul. Namun, bukan Aksa namanya jika tidak menjaili Nara terlebih dulu.
"Bisa, itu tinggal dikupas doang."
"Susahhh." Nara mulai merengut kesal. Padahal saat dia lihat Aksa tadi, pria itu bahkan sama sekali tidak mengeluarkan tenaga untuk mengupasnya.
"Bisa g–"
"Aaww sakittt." Melihat Nara yang tiba-tiba meringis membuat Aksa terkejut dan reflek berpindah tempat ke sebelah kanan Nara lalu menarik lengan gadis itu yang kini terluka terkena duri tajam dari udang yang dia kupas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[PAPA MUDA]
Genç Kurgu[NO PLAGIAT!] "Tante mau gak jadi mamanya, Ara? Papa Ara ganteng kok." "Eh? Ini anak siapa anjir? Tiba-tiba minta gue jadi emaknya?" ×× [[‼️Mengandung Kata-Kata Kasar‼️]] Start : 28 Juni 2022