Part.15 (Pertanyaan konyol)

724 77 2
                                    


Siang hari yang cukup mendung, Aksa dan Nara melangkahkan kaki mereka beriringan menuju sebuah jembatan gantung di sebuah taman yang baru pertama kali Nara lihat selama dia tinggal di Bandung.

Taman tanpa nama yang sedikit orang tau, tapi Aksa bilang kalau taman itu dia beri nama sendiri dengan nama Taman Bintang, dengan alasan kalau pria itu pernah ke sana saat malam hari dan wilky miky di sana bisa terlihat jelas karna letaknya jauh dari cahaya perkotaan dan posisi yang cukup tinggi dari daratan. Bisa dibilang, taman ini berada di atas bukit kecil.

Nara penasaran bagaimana pria itu bisa menemukan tempat seindah ini. Beruntungnya saat Aksa membawa Nara ke sana, belum banyak orang yang tau, karena itu Nara bisa melihat keasrian taman ini yang masih terjaga dengan baik.

Sepertinya, Nara tidak akan menyesal telah mengikuti Aksa membolos hari ini.

"Lo nemu tempat ini gimana caranya, Sa? Ini terpencil banget tau." Ketika mereka sudah berdiri di atas jembatan gantung, Nara membuka obrolan pertama kali setelah dirinya sibuk mengagumi keindahan di sana.

"Gak sengaja nemu, waktu itu gue balik kerja malem-malem dan gak nyadar nyasar ke sini."

"Kok bisa gak sadar?"

Aksa menggaruk tengkuknya, tersenyum canggung. "Waktu itu gue minum dikit, makanya gak fokus ke jalan." Nara pun ber-oh ria setelah mendengar penjelasan singkat pria itu.

"Lain kali tuh hati-hati, beruntung lo nyasarnya ke tempat ginian dan gak kenapa-napa. Gue ngerinya lo di begal, apalagi malem-malem, usahain jangan sampe mabok." Entah ini hanya sebuah saran baik dari Nara atau bukan, tapi siapa sangka Aksa justru menganggapnya seperti sebuah perintah.

"Siap, gue janji gak bakal mabok lagi." Pria itu mengangguk patuh beberapa kali dengan suara meyakinkan. Nara sempat bingung, tapi dia tertawa setelahnya, padahal dia tidak meminta pria itu berhenti mabuk, Nara hanya meminta Aksa lebih berhati-hati saat malam, tapi respon Aksa cukup membuatnya terkejut, apalagi pria itu sampai berucap janji.

"Gue gak ngelarang lo mabok kali, Sa. Itu 'kan hak lo, gue cuma bilang hati-hati kalo pulang malem, apalagi kalo sampe mabok, takutnya kena begal." Nara mengulang ucapannya kembali seraya terkekeh ringan memperhatikan pemuda di sampingnya yang tersenyum canggung.

"Gue kira lo gak suka kalo gue mabok."

Nara menyadari perubahan nada Aksa yang seperti malu-malu saat berkata. Gadis itu pun mengubah posisinya bersandar pada pegangan jembatan menghadapkan tubuh pada Aksa. "Emang kalo gue gak suka kenapa?" tanyanya kemudian dengan alis terangkat.

"G–gue bakal berenti?" Entah apa yang membuat Aksa gugup gelisah sekarang, apa karena dirinya takut berada di atas jembatan gantung yang ada di atas lembah cukup tinggi ini, atau karena gadis di sampingnya kini tengah memandanginya lekat-lekat. Namun, semua orang tau tentunya, di antara keduanya, suspek kedua mungkin lebih meyakinkan.

Karena faktanya, Aksa tidak pernah takut ketinggian.

"Gue kan gak minta lo berenti."

Aksa terjebak dalam ucapannya sendiri. Entah jawaban apa yang paling tepat untuk menjawab ucapan Nara saat ini, Aksa seolah mati kutu dan kehabisan bahan untuk berucap sesuatu.

Nara menggeleng lucu, menyadari Aksa yang kembali menggaruk tengkuknya untuk kedua kali. Pria itu pasti salah tingkah, Nara cukup peka untuk yang satu ini.

"Aksa." Nara memanggil pelan, dengan sengaja mamajukan satu langkah kakinya mendekat, matanya tidak lepas memandang keindahan yang tuhan ciptakan pada wajah pria itu, Nara akui Aksa sangat tampan melebihi ekspetasi pria paling tampan dalam pikirannya sendiri.

[PAPA MUDA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang