Part.7 (Penjelasan Aksa)

1K 97 3
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore ketika Nara terbangun dari tidurnya.

Nara terbangun kemudian menyadari dirinya berada di atas sofa ruang tengah, dia baru sadar kalau dirinya ketiduran di sana setelah makan siang beberapa jam yang lalu.

"Ara mana, ya?" Nara merenggangkan tubuhnya seraya mencari-cari di mana kebederaan Ara. Ketika dia ingat kejadian siang tadi, Nara pun bergegas mengecek ke lantai atas di mana kamarnya berada. Dan benar saja, tepat saat Nara membuka pintu kamarnya, dia melihat seorang gadis kecil tengah tertidur pulas membelakanginya di sana. Nara pun masuk dan duduk di tepi kasur berniat untuk membangunkan Ara.

"Ara, bangun, yuk. Udah sore, sebentar lagi papanya Ara mau dateng." Nara memberikan elusan lembut di kepala Ara, membuat tidur gadis kecil itu sedikit terusik.

"Ayo bangun, Sayang. Ara gak mau ketemu sama papa, hmm?" Ara mulai mengerjapkan matanya, tangan kecilnya mengucek kedua mata yang sedikit memerah setelah bangun tidur.

"Ara mau pulang." Suara kecil Ara yang terdengar serak menjadi ucapan pertama yang keluar setelah gadis kecil itu bangun dari tidur siangnya. Tangan Nara tergerak untuk merapihkan rambut Ara yang berantakan.

"Kita tunggu di bawah, ya? Papa pasti sebentar lagi jemput Ara, kok." Ara menganggukan kepalanya. Nara pun segera membawa tubuh Ara ke dalam gendongannya lalu berjalan keluar dari kamar menuju lantai bawah untuk menunggu kedatangan Aksa di sana.

Nara perlahan menuruni tangga dengan hati-hati. Dan tepat pada anak tangga terakhir, suara dentingan bell dari luar terdengar.

"Aksa kali, ya?" Dia bergumam seraya mendudukan Ara di atas sofa ruang tengah kemudian bergegas berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Tepat saat Nara membuka pintu, seseorang yang dia tunggu kedatangannya pun muncul di baliknya, siapa lagi kalau bukan, Aksa.

"Eh, Aksa, akhirnya lo dateng juga." Sapa Nara setelah melihat Aksa berdiri di depan pintu dengan wajah lelahnya. Nara menebak pria itu pasti baru saja selesai latihan, terlihat dari baju basket yang dia pakai sekarang serta peluh yang masih membasahi pelipisnya.

"Sorry, ya, Ra, rada telat gue datengnya, gue abis latihan dulu tadi," jawab Aksa, tebakan Nara ternyata benar.

"Gapapa, kok, masuk dulu, Sa." Nara mempersilakan Aksa untuk masuk terlebih dulu ke dalam rumahnya. Aksa pun menurut, kakinya berjalan memasuki rumah Nara dan seketika itu matanya langsung menangkap sosok putrinya tengah duduk bersandar di sofa.

"Ara," panggilnya yang langsung menarik perhatian Ara. Gadis kecil itu menoleh dan tepat saat dia melihat papanya datang, Ara segera turun dari sana dan berlari menghampiri papanya.

"Papaaa." Ara melingkarkan tangan kecilnya pada leher Aksa, pria itu pun memeluk putrinya dengan sayang seraya memberi kecupan-kecupan singkat pada pucuk kepala putrinya.

"Papa?" Suara berat yang berasal dari arah pintu sontak saja mengejutkan Aksa dan juga Nara. Keduanya saling menatap dengan sorot keterkejutan mereka saat melihat kedatangan Bastian yang tiba-tiba muncul di sana.

"Sa? Ra? Ini anak siapa?" Lagi, Bastian kembali bersuara mempertanyakan sosok anak kecil yang kini tengah memeluk Aksa. Sementara Aksa merutuk dalam hati, dia lupa kalau Bastian dan Nara adalah tetangga, sial.

"Sa? Ra? Kalian kok diem aja, sih?" Nara membuang muka saat Bastian menatap ke arahnya, begitu juga Aksa yang masih belum mau mengatakan apa-apa untuk menjelaskan situasi ini.

"Papa, Ara mau pulang." Ara mulai merengek, saat itulah Bastian membulatkan matanya terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut Ara. "Papa? Wah, anji*g Aksa! Lo punya anak?"

[PAPA MUDA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang