Part.16 (Jeanno)

635 84 4
                                    

Masih dalam suasana kampus yang ramai. Nara baru saja menyelesaikan kelas ke duanya hari ini. Sudah jam tiga sore, cuaca juga masih mendung seperti kemarin.

Sambil menunggu Bastian yang tadi siang mengajak untuk pulang bersama, Nara memilih berjalan-jalan di area kampus, sekedar melihat-lihat karena dia penasaran ada apa saja di kampusnya ini.

Banyak mahasiswa-mahasiswi yang terlihat mondar-mandir di depan kelas mereka, Nara juga tersenyum ketika matanya tak sengaja bersitatap dengan para seniornya yang pernah dia lihat saat masa ospek kemarin.

Sampai Nara berhenti di depan sebuah mading besar, ada banyak berita-berita dan foto-foto yang diabadikan saat ospek. Beruntung tidak ada wajahnya di sana.

Nara kembali melanjutkan langkahnya menyusuri lorong kampus. Melirik ke sana ke mari melihat hal-hal menarik yang ada di sekitarnya. Sampai matanya tak sengaja melihat sosok tak asing yang berdiri beberapa meter darinya tengah berbincang dengan seseorang. Nara sontak membeku.

"Kok bisa ada Aksa, sih." Nara bergumam memalingkan wajahnya agar pria yang baru saja dia lihat yang ternyata adalah Aksa itu tidak menyadari keberadaannya di sana.

Padahal sebelumnya Nara sudah berniat untuk berterima kasih mengenai buku yang Aksa berikan padanya. Tapi melihat Aksa secara langsung malah membuat nyalinya hilang. Nara masih malu bertemu pria itu setelah kejadian kemarin.

"Balik badan, pura-pura gak liat." Nara kembali bergumam, pelan-pelan dia membalikkan tubuhnya lalu berjalan menjauh dari sana, tanpa menyadari kalau ternyata Aksa juga melihatnya.

Aksa yang tengah berbincang dengan temannya itu mendadak terdiam menatap kepergian Nara. Aksa jelas melihat bagaimana Nara memalingkan wajahnya saat mereka hampir bersitatap. Dan kepergian Nara membuat Aksa merasa gadis itu seolah tengah menghindar.

"Sa, kok bengong, liat apaan, sih?" Aksa tersadar dari lamunannya saat tepukan dari temannya menyadarkan.

"Gak, Bro. Eh, gue duluan deh, ada perlu." Aksa langsung berpamitan pada temannya kemudian berniat menyusul Nara yang entah pergi ke mana.


——


Nara berkali-kali menengok ke belakang untuk memastikan kalau Aksa tidak mengejarnya. Dia pun bernafas lega setelah menyadari tidak ada tanda-tanda Aksa di belakangnya.

Nara memutuskan duduk di bangku panjang yang ada di depan ruangan. Mengatur nafasnya yang tak beraturan karena berjalan cepat tadi.

Nara menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. "Huffftt ...."

Entah kenapa perasaannya campur aduk sekarang, sedikit merasa aneh karena dia menghindari Aksa seolah mereka tengah bertengkar. Padahal Nara hanya masih malu untuk bertemu pria itu. Ditambah, secuil rasa kecewa karena Aksa mengabaikannya kemarin yang menambah rasa malunya.

Namun, jauh dibalik rasa enggan bertemu Aksa karena malu, Nara juga bertanya-tanya sendiri mengenai pertanyaannya kemarin.
Apa Aksa menyukainya?

Sikap baik Aksa padanya selama mereka kenal membuat Nara bingung, tapi juga yakin kalau kebaikan Aksa hanya karena alasan dirinya yang sudah mau menjadi mama pura-pura untuk Ara. Ya, harusnya dengan alasan itu Nara sudah paham, tapi jujur saja dia merasa berbeda.

Kebaikan Aksa seolah menyatakan hal lain yang Nara tidak ketahui, makanya dia bertanya-tanya– Apakah Aksa menyukainya?
Atau hanya Nara yang terlalu percaya diri dan melebih-lebihkan pikirannya sendiri.

Nara menggeleng kuat untuk menghilangkan pemikirannya yang menganggu akhir-akhir ini. Dia melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya dan menyadari kalau sudah hampir dua puluh menit dia menunggu Bastian, tapi pria itu tidak ada kabar sama sekali.

[PAPA MUDA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang