Part.12 (Salting)

958 92 5
                                    


Pagi hari yang damai di dalam rumah Aksa, ketiga penghuni di sana memulai aktivitas mereka dengan sarapan sebelum memulai hari mereka di luar.

Seperti biasa, Nara bertugas menyuapi Ara yang duduk di sampingnya, sementara Aksa berada di sebrang mereka, hanya memperhatikan keduanya sedari tadi sambil menyantap sarapan paginya.

Pemandangan di depannya, sangat langka terjadi di rumah ini. Aksa merasa kekosongannya perlahan terisi.

"Lo kelas pagi lagi, Sa?" Pertanyaan pertama yang keluar dari Nara di tengah kegiatan mereka. Aksa yang mendapat pertanyaan itu pun mengangguk mengiyakan.

"Yahh, gak bisa bareng, deh, gue kelas siang."  Nara sedikit memajukan bibirnya mencebik. Aksa menarik senyum, tipis. Mengingat kejadian semalam, membuatnya menggelengkan kepala menarik kesadaran.

"Sa, semalem lo yang mindahin gue ke kamar?" Nara bertanya lagi, fokus yang tadi ia tujukan pada Ara kini beralih menatap pria di depannya. Aksa lagi-lagi hanya mengangguk, sedikit ragu.

"Sebenernya, gue kaget liat lo tidur di sofa, lo keliatan gak nyaman, yaudah gue pindahin, sorry." Aksa meminta maaf semata-mata takut jika saja Nara merasa risih karena dia menyentuh gadis itu tanpa izin untuk memindahkannya ke kamar. Persetan dengan itu, bukankah seharusnya Aksa meminta maaf karena telah mencuri ciuman Nara diam-diam?

"Gue mimpi lo nyium gue?"

"Uhhukk!" Aksa terbatuk usai mendengar ucapan Nara yang tiba-tiba. Segera mengambil minum dan menenggaknya sampai tandas. Nara sontak menatap pria itu keheranan.

"Kenapa, Sa? Pelan-pelan makannya." Tanpa tau apa yang terjadi Nara memperingati Aksa, sementara Aksa sendiri tidak berani menatap gadis di depannya, bersalah tingkah mengambil tas pundaknnya kemudian bangkit dari duduknya.

"Euu, Ra, ka–kayanya gue harus berangkat sekarang deh, gue duluan, ya." Aksa meninggalkan ruang makan secepat kilat tanpa basa-basi, menyisakan Nara yang kebingungan dengan sifat Aksa yang seolah menghindari sesuatu, dan Ara yang tidak mengerti apa yang terjadi antara dua orang dewasa ini.

"Papa kenapa, Ma?"

"Gak tau."

Nara hanya mengedikan kedua bahunya acuh, memilih untuk kembali fokus menyuapi Ara dan menghabiskan sarapan paginya. Beruntung Nara kelas siang hari ini, jadi dia bisa sedikit santai sebelum bersiap pulang ke rumahnya.


———


Jam sudah menunjukkan pukul 10:30 siang dan Nara baru saja sampai di kampus setelah menghabiskan waktu hampir setengah jam perjalanan karena terjebak macet.

Berjalan santai di lorong koridor sambil membawa beberapa buku di tangan kirinya dan mata yang memandang ke arah seberang koridor.

Nara tersenyum ketika matanya menangkap sosok yang sudah dia kenal dalam beberapa hari ini tengah berkumpul bersama teman-temannya di sana. Obsidian milik sosok yang Nara perhatikan itu tanpa sengaja ikut menatapnya, mempertemu pandangkan keduanya dalam satu tatapan searah.

Sosok itu pun meminta izin terlebih dahulu pada temannya kemudian berlari meninggalkan mereka untuk menghampiri Nara yang entah sejak kapan sudah menghentikan langkah.

"Baru dateng, Ra?" sebuah tanya terlempar dari mulut Aksa ketika dirinya sudah berdiri di depan Nara dengan nafas terengos. Ya, sosok yang Nara lihat memang Aksa, siapa lagi.

"Iya, nih. Btw, Sa, Ara tadi gue bawa ke rumah, sorry gak ngabarin dulu, gue niatnya mau bilang langsung. Ara tadi gak mau gue tinggal, jadi gue bawa deh, beruntung dia mau dijagain sama eyang."

[PAPA MUDA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang