Aksa, Nara dan Bastian baru saja sampai di kampus setelah berangkat bersama beriringan menggunakan motor masing-masing. Tentu saja, Nara bersama Aksa. Jangan tanyakan reaksi Bastian saat sahabatnya itu lebih memilih bersama Aksa daripada dirinya, lelaki itu sempat mengomel panjang tadi."Gue ke kelas duluan, ya. Sepuluh menit lagi kelas gue mulai nih." Nara berpamitan setelah turun dari motor Aksa.
"Mau gue anter gak?" Aksa menawarkan, sementara di samping pria itu, Bastian terdengar berdecih. "Gak perlu, makasih!"
"Gue nawarin ke Nara bukan lo."
"Halah, modus lo, tau gue."
Nara tertawa melihat pertikaian kecil kedua pria di depannya, menggelengkan kepala karena keduanya seperti perempuan yang tengah adu mulut.
"Kalian lanjut aja berantemnya, oke. Gue ke kelas duluan, byee." Nara melambaikan tangannya sesaat sebelum akhirnya dia berlari kecil meninggalkan kedua pria yang saling menatap tidak suka.
"Apa liat-liat?!"
——Nara berjalan sedikit terburu-buru melewati koridor untuk menuju kelasnya yang ada di lantai tiga. Berlari menaiki tangga dengan hati-hati.
Sampai saat dia hendak berbelok untuk menaiki tangga berikutnya, langkahnya dibuat terhenti ketika Nara hampir menabrak tiga orang mahasiswi yang akan turun.
Ketiga mahasiswi itu terkejut melihat Nara, dan dua diantara mereka tiba-tiba berbisik hingga tatapan perempuan yang berada paling depan yang jaraknya selangkah dari tempat Nara berdiri mulai memicingkan matanya, menatap Nara dengan sudut bibir yang ditarik, menyeringai.
"Muka lo gak asing," ucap perempuan itu sambil menyilangkan tangannya di depan dada sambil satu tangannya lagi memainkan rambut panjang miliknya.
Nara mengerutkan keningnya bertanya-tanya, dia sama sekali tidak mengenal ketiga perempuan ini. Sampai ucapan selanjutnya yang keluar dari mulut gadis berponi di depannya ini mengingatkan Nara pada satu kejadian. "Gue yang ngedorong lo waktu pertandingan basket waktu itu, kalo lo lupa."
Nara yang baru mengingatnya pun ber-oh ria dalam hati, batinya berkata, '𝘑𝘢𝘥𝘪, 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢.'
"Ohh, gue tau, lo yang namanya Neta-Neta itu 'kan?" Nara menjawab ucapan gadis yang bernama Neta itu dengan nada yang terdengar menjengkelkan bagi mereka.
Neta yang merasa juniornya ini sedikit kurang ajar padanya tiba-tiba berkecak pinggang. "Gak sopan banget lo sama senior!"
Nara sedikit terkejut karena tiba-tiba Neta menaikkan tinggi suaranya, tapi detik selanjutnya Nara pun menarik sudut bibir, mengedikan bahu tidak peduli.
Bukan maksud dia tidak sopan. Toh, lagipula, sejak awal Netalah yang memulai suatu permusuhan terlebih dulu, dan Nara sama sekali tidak menyukai gadis ini di kesan pertama pertemuan mereka.
"Misi, ya, Kakak Senior, saya mau lewat." Dengan penuh keberanian Nara menyingkirkan ketiga perempuan yang menghalangi jalannya, sedikit menyenggol bahu Neta dan menatap nyalang gadis itu.
"Sialan! Dasar Maba kurang ajar!" Neta berteriak keras ketika Nara mulai berlari menaiki tangga. Nara sontak tertawa mendengar teriakan Neta yang mengatainya, kemudian dia membalikan tubuhnya sesaat sebelum mengacungkan jari tengahnya pada Neta lalu menghilang setelah melewati anak tangga terakhir.
"Shit!"
———
Pukul 13:15 Siang hari ini, langit yang tadinya sangat cerah kini mendadak mendung, awan hitam terlihat mendominasi di atas sana, mencoba menghalangi sinar matahari yang ingin menjatuhkan cahayanya ke daratan bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[PAPA MUDA]
Teen Fiction[NO PLAGIAT!] "Tante mau gak jadi mamanya, Ara? Papa Ara ganteng kok." "Eh? Ini anak siapa anjir? Tiba-tiba minta gue jadi emaknya?" ×× [[‼️Mengandung Kata-Kata Kasar‼️]] Start : 28 Juni 2022