Part.17 (Cemburu)

737 82 2
                                    


Kelas Aksa sudah berakhir beberapa menit lalu, kini dirinya tengah berada di kantin bersama Bastian dan beberapa temannya yang lain.

Suara canda tawa yang terlempar membuat suasana kantin begitu ramai. Tapi tidak dengan Aksa yang mendadak terdiam dari tawanya. Bastian dan dua temannya yang menyadari hal itu pun juga ikut terdiam.

"Lo kenapa, Sa?" Laki-laki bernama Darren yang duduk di samping Aksa bertanya. Darren menatap ke arah Bastian dan Kerel yang duduk di depannya dengan raut bertanya. Kedua pria itu mengedikan bahu tak tau.

Darren yang bingung memperhatikan Aksa dari samping lalu mengikuti sorot mata Aksa yang mengarah ke pintu masuk kantin. Ada beberapa mahasiswa yang tengah mengobrol di sana, dan ada seseorang yang entah kenapa langsung menarik perhatiannya.

"Itu bukannya anak maba yang waktu itu ikut tanding basket, ya?" Pertanyaan Darren membuat Bastian dan Kerel menoleh ke belakang. Saat Bastian melihat siapa yang Darren maksud, dia pun akhirnya paham kenapa Aksa mendadak diam seperti ini.

"Lah, iyaa bener. Tapi, ngapain dia sama Si Jean?" Kerel ikut bertanya setelah kembali menghadap depan.

"Paling ngerekrut anggota muda kali, bentar lagi 'kan ada acara Pensi Mahasiswa Baru," kata Darren.

"Berarti dia bakal ikut UKM Musik dong kalo iya. Anjir, gue kira dia bakal masuk basket, skillnya gila sayang banget."

"Dia hampir masuk basket kali, Rel. Noh, temen lo yang ngelarang, padahal tuh cewek udah dapet tawaran dari Mr.Lee langsung." Darren menunjuk ke arah Bastian menggunakan sedotan yang dia pakai. Sementara Bastian hanya tertawa ringan mendengarnya.

"Awalnya mau gue bolehin, sih, gak tega juga gue. Tapi eyangnya ikut ngelarang yaudah."

"Sayang banget anjir, kalo dia masuk basket kan bisa gue gebet." Ucapan Kerel membuat Bastian sekaligus Aksa langsung menatapnya tajam. Kerel tertawa renyah namun langsung mendapat pukulan kecil di kepalanya dari Bastian.

"Gak usah macem-macem lo, bandar buaya."

"Gue buaya setia anjir, Bas."

"Gila, ada ya orang bilang setia sedangkan nomer cewek di kontaknya bejibun." Darren ikut menimpali, Kerel lagi-lagi tertawa. "Itu namanya jaga-jaga ege."

"Halah bacot!"

"Sejak kapan mereka deket?" Suara Aksa menghentikan perdebatan ketiga temannya. Bastian menoleh kembali ke belakang, benar, Nara dan Jean Si ketua UKM Musik tengah asik berbincang di sana. Menyadari sesuatu, Bastian tersenyum simpul lalu mengambil ciki taro di depannya kemudian melemparnya ke muka Aksa.

"Cemburu lo tai."

Aksa tidak terima, dia ikut melempar Bastian dengan hal serupa. "Ganggu lo anjing."

"Ngaku lo, suka kan sama Nara? Gue bilang juga apa, Bastian gak bisa diboongin." Bastian menepuk dadanya dua kali seolah bangga dengan dirinya sendiri.

"Lo suka sama Nara, Sa?" tanya Darren.

Aksa berdecak, lalu menenggak minuman kaleng di depannya hingga tandas. "Gak ada suka-suka, apaan si."

"Halah denial mulu lo. Gak suka tapi cemberut gitu ngeliat dia ama cowok laen." Bastian lagi-lagi melempar Aksa dengan ciki taro milik Kerel.

"Ciki gue sayang bego, dua rebu maratus ini."

"Gak usah sok miskin."

Darren menggelengkan kepalanya melihat Kerel yang langsung menghabiskan ciki taro miliknya sebelum Bastian melemparkannya lagi pada Aksa. Kemudian dia kembali melihat ke arah Aksa yang ternyata masih memperhatikan kedua sejoli yang masih asik mengobrol.

[PAPA MUDA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang