Part.10 (Mama Nara)

1K 103 9
                                    

"Gue ngerasa gagal banget jadi sosok ayah buat Ara."

Aksa terduduk lemas di ujung kasur putrinya, sementara Nara duduk di samping tubuh Ara yang terbaring. Setelah pemeriksaan beberapa saat lalu, Aksa tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri yang gagal menjaga putrinya tetap sehat.

"Aksa, gue udah bilang stop bilang kaya gitu. Jangan menyalahkan diri, semuanya juga udah terjadi 'kan? Mending sekarang lo fokus sama kesembuhan Ara dulu deh." Untuk kesekian kalinya Nara menegur pria itu.

"Ara pasti baik-baik aja, kok. Lo denger sendiri kata Dokter apa 'kan tadi? Maghnya gak parah, Ara bisa sembuh kalo rutin minum obat. Jadi, daripada lo terus-terusan nyalahin diri lo kaya gitu, mending lo keluar aja deh, biar gue yang jagain Ara di sini." Nara tidak kesal atau marah kok, tapi lebih ke dia sudah tidak mau mendengar ucapan Aksa yang mengulang kata kalau dirinya gagal menjadi ayah untuk Ara. Nara tidak menyukainya dan itu membuatnya sedikit terbawa perasaan.

"Sorry, ya, Ra. Lagi-lagi gue ngerepotin lo gini." Aksa tertawa renyah di ujung sana, namun tatapannya masih tetap seperti sebelumnya. Tatapan yang penuh emosional.

"Gue kan pernah bilang, Sa, kalo lo butuh bantuan apa-apa, gue siap kok buat bantu. Jangan ngerasa sendirian, ada gue di sini."

"Ma–mma ...."

Suara lirih terdengar menghentikan ucapan Nara, keduanya sontak berfokus pada Ara yang kini mulai terlihat membuka mata. "Ara? Ara udah bangun, Sayang?"

Aksa berpindah posisi menjadi duduk di sebelah Ara yang bersebrangan dengan Nara. Lengan kekarnya mengelap peluh yang keluar dari dahi putrinya. "Ma–mmaa, mama mana ...."

Aksa dan Nara saling melempar pandang mendengar Ara yang mencari keberadaan sosok 'Mama' yang mereka tidak tau siapa yang Ara maksud. "Ara, ini papa, Sayang."

"Mama Nara." Ara kembali berucap dan meskipun terdengar sangat kecil, tapi Aksa dan Nara tetap dapat mendengar dengan jelas Ara menyebut nama Nara di sini. Keduanya sontak kembali saling berpandangan untuk kedua kalinya.

Nara tidak tau apa yang harus dia lakukan, apalagi dirinya juga sedikit terkejut mendengar Ara memanggilnya mama. Tapi kejadian berikutnya sungguh diluar dugaan, bahkan Aksa juga ikut terkejut saat Nara berkata. "Mama di sini, Sayang."

"Mama." Ara yang dengan jelas mendengar suara Nara, pandangannya pun mengarah pada gadis itu yang tengah tersenyum manis seolah tidak mempermasalahkan apa yang baru saja dia katakan.

"Mama, Ara mau peluk." Tepat saat Ara mengangkat kedua tangannya Nara langsung saja mengangkat tubuh kecil Ara untuk masuk ke dalam dekapannya hingga kini posisi Ara pun berada di atas pangkuan Nara.

Nara tersenyum menatap ke arah Aksa yang masih menampilkan raut terkejut, tapi Nara mengisyaratkan pada pria itu kalau dia tidak masalah sama sekali.

"Ara seneng banget akhirnya Tante Nara mau jadi Mamanya Ara." Gadis kecil dalam pelukan Nara kembali berucap masih dengan suara lemahnya. Lengan Nara secara otomatis mengelus surai panjang Ara dengan begitu lembut. "Akhirnya Ara punya mama," lanjut gadis kecil itu lagi.

Entah apa arti dari kesenangan tersendiri yang Nara rasakan sekarang, yang jelas ada perasaan menggelitik ketika sebutan mama terdengar diperuntukan untuk dirinya dari Ara.

Nara tidak henti tersenyum sambil terus mendekap tubuh kecil Ara. Begitu pula Aksa yang juga merasa ada perasaan hangat mengalir melihat kedekatan dua gadis di depannya ini. Entah Aksa harus bersyukur atau tidak, tapi moment ini memberikan kesan tersendiri bagi Aksa untuk pertama kalinya.

"Ra, nanti lo pegel, tidurin lagi aja." Nara mengangguk setuju mendengar perintah Aksa kemudian kembali menidurkan Ara ke posisi semula.

"Ara gimana sekarang rasanya? Sakit gak? Atau pusing?" Nara bertanya setelahnya. Ara menggeleng pelan. "Ara udah gapapa, kok. Abis dipeluk sama mama, Ara jadi seneng, jadi Ara gak sakit lagi," jawab gadis kecil itu diiringi senyum bahagianya.

[PAPA MUDA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang