"Sakit, Bas! Pelan-pelan napa!"
Bastian sama sekali tidak menggubris ucapan Nara dan memilih fokus mengompres bahu gadis itu yang sedikit cedera akibat pertandingan tadi.
Ringisan Nara juga terus terdengar sampai suara pintu yang dibuka menarik perhatian mereka untuk melihat siapa yang baru saja datang.
"Ra? Lo gapapa?" tanya seseorang yang ternyata itu adalah Aksa. Pria itu datang untuk melihat keadaan Nara di sana.
"Sa? Gue gapapa kok. Oh iya, gimana sama anak-anak yang lain? Mereka masih berantem?" Pandangan Nara terfokus pada pergerakan Aksa yang kini mulai menarik kursi untuk ikut duduk di depan Nara dan Bastian.
"Yang lain udah nenangin mereka, kok. Lo beneran gapapa nih?" Aksa masih bertanya dengan matanya yang berfokus pada bahu Nara yang tengah dikompres oleh Bastian.
"Gue gapapa, Sa. Ini udah rada mendingan kok gak terlalu sakit kaya tadi. Tapi, sorry ya gue gak bisa nyelesain pertandingan dan malah bikin kacau kaya gini." Terdengar nada penyesalan pada ucapan yang keluar dari mulut Nara. Harusnya dia tidak perlu ikut jika memang malah terjadi hal seperti ini.
"Lo gak salah kok, Ra, santai aja. Lagian kita semua juga liat sendiri kalo lo didorong sama Neta."
"Neta?"
"Iya, namanya Neta, dia kapten tim basket cewek di sini. Mungkin dia gak terima pas lo ngalahin dia di depan semua orang, makanya dia nekat ngedorong lo." Bastian ikut menimpali yang langsung mendapat anggukan setuju dari Aksa.
"Pokoknya lo gak boleh ikut tim basket deh, lo liat sendiri nih akibatnya. Belom masuk tim aja udah kaya gini, apalagi kalo sampe masuk?!"
"Sakit anjing Bastian!" Nara melempar tatapan penuh kekesalan pada Bastian karena pria itu dengan sengaja malah menekan bagian bahunya yang sakit.
"Dikasih tau tuh denger, malah ngomong anjing!"
"Iya tapi jangan di teken gitu juga bego!"
"Udahlah, Sa, lo gak usah bantu-bantuin ni anak lagi buat masuk ke tim basket. Kaga bakal gue ijinin." Bastian menyelesaikan acara kompres mengompres pada bahu Nara lalu menyingkirkan berbagai macam barang yang tadi dia pakai untuk mengobati gadis itu.
"Gak bisa gitu dong, gue udah cape-cape ikut tanding sampe cedera gini masa gak jadi!" Nara tentu tidak terima dengan ucapan Bastian. Bagaimanapun, dia ingin tetap menjadi anggota resmi dari UKM Basket di kampus impiannya ini.
"Gak ada, gak boleh! Masih untung ini cederanya gak terlalu parah, jangan sampe tangan lo yang patah kalo sampe lo nekat."
"Kok lo ngomongnya gitu sih, Bas? Lo nyumpahin gue?"
"Pokoknya gak ada basket-basketan lagi, kalo lo mau main cukup sama gue aja, gak boleh ikut-ikut tanding kaya tadi."
"Lo kenapa sih kok tiba-tiba nyolot gini?"
"Gue khawatir, Ra, paham gak sih? Kalo sampe lo kenapa-napa lagi siapa yang bakal disalahin nanti? Gue kan?!"
"Siapa yang nyalahin lo, Bas! Hah! Lo lupa orang tua gue udah mati?!"
Nara dan Bastian kini saling menatap penuh amarah. Sebenarnya Nara sendiri sama sekali tidak mengerti kenapa hal ini malah menjadi suatu perdebatan yang tidak penting.
"Sstt! Heh, ini kalian kenapa jadi berantem gini, sih? Bas, udahlah, Nara lagi sakit gini malah lo marahin, gimana, sih?" Aksa yang sedari tadi masih duduk di tempatnya, berdiri untuk melerai ketika suasana semakin memanas.
"Terserah lo lah anjing!"
"Bas!"
Setelah mengatakan kata terakhirnya, Bastian bergegas pergi keluar dari sana sebelum emosinya benar-benar meledak. Melihat kepergian Bastian, Nara sontak menunduk sedih dan tanpa sadar dia menangis. Aksa yang masih terkejut juga tidak tau harus berbuat apa dan hanya bisa menenangkan Nara dengan usapan pelan pada lengan gadis itu yang mengepal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[PAPA MUDA]
Подростковая литература[NO PLAGIAT!] "Tante mau gak jadi mamanya, Ara? Papa Ara ganteng kok." "Eh? Ini anak siapa anjir? Tiba-tiba minta gue jadi emaknya?" ×× [[‼️Mengandung Kata-Kata Kasar‼️]] Start : 28 Juni 2022