Part.22 (Saling melupakan?)

1.3K 130 74
                                    


Sudah tiga hari berlalu setelah kejadian malam itu, di mana untuk pertama kalinya Nara dan Aksa bertengkar. Banyak hal yang pada akhirnya berubah secara perlahan.

Di kampus, Aksa dan Nara sama sekali tidak pernah bertegur sapa seperti biasa. Bahkan akan selalu membuang muka jika salah satunya tak sengaja memulai pandang.

Aksa dan Nara benar-benar terlihat seperti orang asing yang tidak pernah mengenal satu sama lain. Walau jujur saja ini sedikit menyakitkan bagi Nara, tapi dia tetap berusaha untuk menetralkan perasaannya. Dia tidak mau mengganggu pria itu lagi, bahkan untuk Ara sekalipun.

Waktunya dengan mereka sudah habis. Nara tidak perlu lagi pusing memikirkan keluarga kecil itu. Toh, dari awal dia memang bukan siapa-siapa.

"Nara, gimana? Udah ada persiapan buat tes nanti?" Jean, lelaki yang tiga hari ini sering terlihat oleh netranya muncul mengikuti Nara yang duduk di atas rerumputan halaman kampus. Pria itu tersenyum hangat menatap gadis di sampingnya.

"Belum, Kak." Nara menggeleng pelan, Nara hampir lupa kalau dua hari lagi adalah waktu pengetesan anggota baru di UKM Musik. Kalau Jean tidak bilang, mungkin Nara akan lupa.

"Tesnya bentar lagi, lo masih belum nyiapin apa-apa?"

Nara nyengir tak berdosa. "Gue lupa, Kak. Untung lo ingetin."

"Dasar."

Hembusan angin terdengar saat tak ada lagi suara yang keluar. Cuaca siang ini kembali mendung seperti biasanya. Nara asik memutar jarinya di atas rumput yang panjang. Dalam ketenangannya, jujur saja pikiran Nara tengah ramai dengan hal-hal yang tak dia mengerti tentang apa yang telah dia lewati beberapa hari lalu.

"Ra?"

Nara menoleh ketika Jean memanggilnya, pandangan pria itu fokus menatap manik Nara begitu teduh. "Kenapa, Kak?"

Jean pun tersenyum, lalu mengulurkan tangan menyampirkan helaian rambut Nara yang menerpa wajah cantik gadis itu. "Lo lagi baik-baik aja 'kan?" tanyanya kemudian.

Nara mengernyit bingung. "Gue? Baik, kok. Kenapa gitu?"

"Gue perhatiin tiga harian ini lo sering ngelamun. Ada yang ganggu pikiran lo?" Nara terdiam sejenak mendengar pertanyaan Jean, Nara akui Jean cukup peka karena bisa menebaknya.

"Ada, sih. Cuma gak penting-penting banget juga," jawab Nara akhirnya, sambil kembali memainkan rerumputan.

"Ra, kalo ada apa-apa, lo bisa percaya gue 'kan? Kalo lo butuh sesuatu, cukup panggil gue, gue bakal dateng."

Nara bisa merasakan penuturan tulus yang terucap dari bibir Jean. Perasaanya menghangat merasakan sebuah perhatian baru dari pria itu.

"Makasih, ya, Kak."


————

"Liatin aja terus." Bastian yang kini tengah duduk di sebuah kursi taman kampus bersama Aksa baru saja menyadari kalau Aksa sedari tadi tak fokus mendengarkan perkataannya yang tengah membacakan sebuah tugas.

Merasa diabaikan, Bastian menutup bukunya lalu dengan sengaja memukul kepala Aksa yang langsung dibuahi desisan kesal. "Apa sih, Bas!"

"Apa-apa, mata lo gue colok lama-lama sumpah. Ngapain sih ngeliatin mulu, kalo kangen samperin langsung lah, cemen banget jadi cowok lo!" Bastian menyinyir prilaku Aksa yang entah sudah keberapa kali terus-terusan bersikap seperti ini.

Ya, Bastian memang sudah tau tentang semuanya. Kejadian di sore senja saat di pantai, juga malam hari di mobil saat Aksa bertengkar kecil dengan Nara. Aksa sudah menceritakan semuanya padanya. Dan untuk kesekian kalinya pula Bastian tak henti mengutuk kebodohan Aksa yang selalu menjadi pengecut dalam hal ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[PAPA MUDA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang