Aksa membawa Nara ke rumahnya dengan alasan putrinya yang merindukan gadis itu karena sudah beberapa hari ini tidak bertemu. Nara yang tidak bisa menolak pun hanya menurut.Sampai saat mereka berdua beriringan masuk ke dalam rumah Aksa, suara riang dari gadis kecil yang kini berlari dari arah dapur menyambutnya.
"Mamaa, Ara kangen banget." Ara gadis kecil itu merentangkan tangannya meminta gendong. Nara pun dengan sigap mengangkat tubuh mungil itu ke dalam dekapannya.
"Mama juga kangen banget sama Ara, Ara baik-baik aja 'kan?" Nara duduk di sofa ruang tamu saat Aksa memberi kode untuknya duduk di sana.
"Ara baik kok. Mama kemana aja, sih? Ara nyariin Mama tapi kata papa Mama sibuk." Nara mengusap lembut pipi gembul Ara yang mengembung lucu. "Hmm? Mama gak sibuk kok, emang papa bilang gitu?"
Ara mengangguk, dan saat Aksa datang lalu duduk di seberang mereka, Nara dan Ara langsung menatapnya. "Kenapa?"
"Papa bilang kemaren katanya Mama Nara sibuk, tapi kata Mama nggak kok. Papa bohong sama Ara, ya?" Ara langsung mengeluarkan pertanyaanya dan Aksa mendadak terdiam, melirik putrinya dan Nara yang tengah menunggu jawaban.
"Papa gak bohong kok, kemaren Mama Nara ada urusan sama temennya, makanya Mama Nara gak bisa dateng." Mendengar jawaban Aksa, kini giliran Nara yang mendapat tatapan dari Ara dan pria itu. Tapi tunggu, Apa Aksa baru saja menyebutnya 'Mama Nara?' Ah, sial, bukan waktunya untuk terbawa perasaan sekarang.
"Hah? O–ohh, iya kemaren tuh mama emang ada urusan sama temen, maaf ya, Sayang." Nara gugup, tapi Ara langsung memeluknya sambil tersenyum. "Gapapa kok, yang penting sekarang Ara bisa ketemu Mama."
Nara membalas pelukan gadis kecil yang ada di pangkuannya itu. Dirinya yang kini berhadapan lurus dengan Aksa mendadak salah tingkah saat tatapan mereka kembali bertemu cukup lama, buru-buru Nara melempar pandang dan mengganti posisi duduknya sedikit menyerong agar Aksa tak menyadari wajahnya yang kini pasti tengah bersemu merah.
'Gak boleh baper, gak boleh!'
Aksa memperhatikan gadis di depannya, cukup jelas menyadari Nara yang menghindari tatapannya. Rasanya sama seperti hari lalu saat Nara tiba-tiba pergi dan kemudian dia malah mendapati gadis itu pulang bersama Jean.
"Gue ke kamar dulu." Aksa beranjak dari tempatnya. Nara yang tadi tidak berani menatap lelaki itu kini mulai melirik saat Aksa mulai berjalan menaiki tangga.
Entah hanya perasaanya saja atau bukan, tapi Nara merasa Aksa seperti tengah menahan sesuatu. Dan Nara malah berpikir kalau Aksa pasti berusaha menjaga jarak dengannya setelah pertanyaannya di Taman Bintang tempo lalu.
Pria itu seolah memberitahu kalau Nara tidak boleh kegeeran dengan sikap baiknya selama ini.
Secuil rasa linu di dada menyentuh hati Nara. Walau sering menyangkal dan tidak pernah berkata kalau dirinya menyukai Aksa, tapi sepertinya sekarang Nara harus menjaga perasaanya sendiri agar tidak benar-benar jatuh.
Lagipula, kehadirannya hanya dibutuhkan oleh Ara, bukan Aksa.
———
Sudah jam setengah sembilan malam. Nara baru saja selesai membacakan buku dongeng milik Ara untuk membuatnya cepat tertidur.Menyadari gadis kecil yang sudah terlelap di sampingnya, Nara segera mengakhiri bacaannya lalu menutup buku kemudian meletakannya di atas nakas.
Sejenak menatap wajah tenang Ara yang tertidur lelap. Tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyum. Nara baru menyadari betapa miripnya Ara dengan papanya. Bulu mata sedikit lentik, hidung mancung dan bibir mungilnya sama persis dengan milik Aksa. Istilah bak pinang dibelah dua, Ara adalah Aksa versi perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[PAPA MUDA]
Jugendliteratur[NO PLAGIAT!] "Tante mau gak jadi mamanya, Ara? Papa Ara ganteng kok." "Eh? Ini anak siapa anjir? Tiba-tiba minta gue jadi emaknya?" ×× [[‼️Mengandung Kata-Kata Kasar‼️]] Start : 28 Juni 2022