Sesuai janji siang tadi, Nara dan Aksa pulang bersama setelah kegiatan mereka selesai.
Beberapa menit lalu, mereka baru saja sampai di rumah Nara. Ketika mereka membuka pintu, sambutan dari tangan mungil yang meminta pelukan menghampiri Nara dengan sumringah.
"Mamaaa, Ara kangen." Ara melingkarkan lengannya pada leher Nara yang kini berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka. Nara yang juga merindukan gadis kecil ini turut membalas pelukannya.
"Mama juga kangennn. Gimana? Seru gak dijaga sama eyang? Ara gak nakal 'kan?" Ara menggeleng semangat setelah pelukan mereka terlepas. "Ara gak nakal kok, Ma. Eyang baik banget, Ara suka."
"Bagus deh kalo Ara suka."
"Kalo gitu, sekarang waktunya Ara pulang, ya? Udah puas kan dijagain sama eyang?" Aksa ikut berbaur bersama kedua gadis yang menghalangi pintu ini. Lengan kekarnya mengangkat Ara ke dalam gendongan. Tapi sayang, Ara menolak dan berontak dalam gendongan Aksa, meminta untuk diturunkan kembali.
"Ara gak mau pulang, Ara mau di sini aja sama, Mama." Setelah berhasil turun, Ara dengan cepat bersembunyi di balik tubuh Nara, menolak ajakan papanya untuk pulang ke rumah.
"Kalo Ara di sini, terus papa sama siapa nanti? Emang Ara tega ngebiarin papa sendirian di rumah?" Aksa mencoba meraih Ara, tapi gadis kecil itu malah menghindar.
"Papa juga suka tega kok, sering ninggalin Ara sendirian di rumah." Jawaban telak dari Ara cukup untuk membungkam Aksa sampai kehilangan semua kata di kepalanya. Aksa tersenyum kecut mendengar ucapan putrinya sendiri.
"Araa, Ara kok ngomongnya gitu, gak boleh, Sayang." Nara yang merasa suasana menjadi sedikit tidak enak, mencoba menegur gadis kecil yang bersembunyi di belakang tubuhnya. Bagaimana pun Aksa tetaplah papanya, Ara masih terlalu kecil untuk berani berkata seperti itu.
"Ayo, minta maaf dulu sama, Papa, Sayang." Nara sedikit menunduk untuk melihat wajah Ara yang menatap ke bawah, lengannya terulur menyelipkan rambut panjang Ara yang terurai.
"Maafin Ara, Pa." Ara menuruti titahan Nara, gadis kecil itu mulai menghampiri Aksa, memeluk papanya dengan perasaan menyesal. Aksa tentu langsung membalas pelukan putrinya, dia kembali membawa Ara ke dalam gendongannya lagi.
"Gapapa, Sayang, papa juga minta maaf, ya?" Aksa mengelus pipi gembil putirnya dengan sayang, hingga kemudian Ara mengangguki ucapannya.
"Pulang sekarang, ya?" Aksa mengajak kembali, Ara pun terlihat berpikir sejenak, melihat ke arah Nara dengan tatapan sendunya.
"Tapi Ara masih mau sama, Mama."
Aksa dan Nara sontak saling memandang, jujur saja sebenarnya Aksa sudah tidak mau merepotkan Nara lagi, tapi permintaan putrinya juga tidak bisa Aksa tolak, karena Ara pasti akan menangis seperti sebelumnya jika dia tidak menuruti kemaunnya.
"Sa, Ara gapapa nginep aja di rumah gue. Gue gak keberatan, kok." Akhirnya Nara menawarkan. Aksa melihat gadis itu tersenyum dengan tulus, Aksa semakin merasa tidak enak jika sudah seperti ini.
"Ra, tapi gue ngerepotin lo lagi."
"Gapapa, Aksa. Kan gue udah bilang gak keberatan sama sekali, gapapa Ara nginep aja, lo juga kalo mau nginep sekalian boleh."
"L–lo serius?"
Nara mengangguk dengan sangat yakin, toh mereka tidak hanya akan bertiga saja kalau Aksa menginap, ada eyangnya di rumah, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Gu–gue gak nolak sih, kalo ditawarin gini." Aksa terlihat gugup, tapi berhasil membuat Nara tertawa mendengar ucapannya.
"Dasar Aksa jelek."
KAMU SEDANG MEMBACA
[PAPA MUDA]
Teen Fiction[NO PLAGIAT!] "Tante mau gak jadi mamanya, Ara? Papa Ara ganteng kok." "Eh? Ini anak siapa anjir? Tiba-tiba minta gue jadi emaknya?" ×× [[‼️Mengandung Kata-Kata Kasar‼️]] Start : 28 Juni 2022