FOUR: "WHITE HORSE"

38.1K 841 18
                                    

[PART 4 - EPILOGUE HANYA DITAMPILKAN SEMENTARA WAKTU]


FOUR—WHITE HORSE

"—Got lost in your eyes and never really had a chance

My mistake, I didn't know that to be in love—"

KEDELAPAN orang itu tiba di sebuah peternakan kuda dengan berjalan kaki. Jarak peternakan kuda tersebut dari restoran tempat mereka makan tadi memang tidak begitu jauh. Tapi, namanya mereka sudah lama tidak berjalan kaki dengan jarak seperti itu. Napas mereka jadi tidak beraturan saat tiba di peternakan tersebut. Lani memperbaiki rambutnya yang agak berantakan. Mereka terus melangkah masuk ke dalamnya. Bertemu dengan pemilik peternakan tersebut. Sang pemilik peternakan yang awalnya tidak mengenali mereka. Terlihat kaget sekaligus senang melihat kedatangan mereka, setelah mereka memperkenalkan namanya masing-masing. Setelah sedikit berbincang tentang masa SMP mereka dengan pemilik peternakan. Mereka semua dituntun memasuki area peternakan tersebut. Sebelumnya mereka berganti pakaian ala koboi dulu. Lengkap dengan topi dan sepatu boot. Peternakan ini memiliki lahan berhektar-hektar. Tak jauh dari tempat mereka masuk di bagian sebelah kiri berjajar kandang-kandang kuda. Mereka berhambur dan berlari menghampiri kandang kuda tersebut.

Ada berbagai macam kuda di sana. Dari foal sampai yearling. Ada juga jenis Thoroughbred Horse dan Arabican Horse. Semua seperti pameran kuda di situ. Lani yang baru pertama kali berkunjung ke situ kagum. Apalagi ketika ia melihat seekor kuda yang mempunyai bulu yang lebat dan berwarna belang putih hitam. Kuda itu memiliki leher yang pendek, dada yang menonjol dan pinggul yang besar. Tapi yang membuat Lani tertarik adalah kuda itu mempunyai rambut berwarna putih dan hitam yang keriwil. Lani celingak-celinguk mencari Manda, ingin menanyakan jenis kuda itu. Tapi Manda serius dengan Steve melihat seekor kuda yang sangat tinggi. Sambil sesekali ia memotret kuda-kuda itu menggunakan kameranya.

"Ada yang bisa dibantu, Gadis Merah?" tanya sebuah suara dari belakang Lani yang membuatnya menoleh dengan segera ke belakang.

"Jangan memanggilku dengan panggilan itu," pinta Lani.

"Kenapa?" Raga mendekati Lani, "Kan bagus, kamu kan suka warna merah."

Lani mengembuskan napasnya tidak mau berdepat soal panggilan lagi, "Ya, whatever!"

"Kamu dari tadi memperhatikan kuda yang sana, kan?" tanya Raga sambil menunjuk salah satu kuda.

Lani mengangguk.

"Itu Gypsy Horse, salah satu jenis ras kuda yang paling mahal di dunia, keturunannya berasal dari Inggris dan Irlandia, cantik, kan?" jelas Raga.

"I see... cantik banget," Lani terkagum-kagum.

"Kamu mau lihat jenis ras yang lainnya?" tanya Raga menatap Lani dengan mata sayunya, "Sini ikut aku," ajak Raga yang langsung menyambar pinggang Lani dan menuntunnya mendekati kuda yang sedari tadi diperhatikan Lani.

Ternyata tak jauh dari tempat Gypsy Horse. Terdapat juga kuda-kuda yang tak kalah cantiknya. Ada kuda yang berwarna hitam dan memiliki bulu yang lebat di bagian leher dan ekor. Ada pula kuda berleher panjang, berpundak tinggi, dan kaki yang panjang.

"Nah kalau di bagian sini itu jenis ras kuda yang paling mahal di dunia, yang itu," kata Raga sambil menunjuk kuda yang berwarna hitam, "Friesian, kuda ini berasal dari Friesianland, Belanda. Kuda ini biasa sangat energik, nah kalau yang sana," Raga menunjuk kuda berwarna coklat-putih yang berbulu lebat di bagian leher terlihat seperti rambut yang keriwil. Namun, tidak lebih panjang dari kuda yang pertama dilihatnya, "American Quarter Horse, kuda ini sangat ahli kalau dalam melakukan lari jarak pendek, nah kalau yang sana jenis yang bakalan kita pakai sebentar untuk berkuda," kata Raga sambil menunjuk kuda yang berleher panjang, berpundak tinggi dan memiliki kaki yang panjang, "Thoroughbred Horse, nah itu jenis kuda yang sering dipakai buat pacuan kuda," kata Raga.

REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang