TWENTY TWO: "IF THIS WAS A MOVIE"

22.8K 505 9
                                    

TWENTY TWO―IF THIS WAS A MOVIE

"―Come back come back come back to me like

Like you would before you said it's not that easy

Before the fight, before I left you out

But I'd take it all back now―"

RAGA menghentikan CR-Z-nya di sebuah kedai. Ia turun dan melangkahkan kaki masuk ke dalam kedai itu. Tadi Bob Suganda menghubunginya. Katanya ia ingin bertemu Raga untuk ngopi bareng di kedai ini. Awalnya, Raga ingin menolaknya. Tapi ketika Bob Suganda menyebutkan nama 'Lani dan Tiara' Raga langsung menyetujuinya. Dipikirnya ini hal yang sangat penting.

Raga terus memasuki kedai itu. Mendapati Bob Suganda sedang duduk sambil menyesap kopi di salah satu meja. Raga segera berjalan ke arah Bob Suganda. Tiba di hadapannya Raga segera menyalaminya. Kemudian duduk di depannya. Seorang waitress langsung membawakan secangkir kopi di hadapan Raga.

"Apa kabar, Raga?" tanya Bob Suganda.

"Baik, Oom," kata Raga.

"Oke, saya nggak mau basa-basi. To the point aja," kata Bob Suganda sambil membuka laptopnya. Ia kemudian mengutak-atik laptop tersebut. Raga hanya memperhatikan Bob Suganda dari tempat duduknya. Sekian lama ia mengutak-ngatik laptopnya. Ia menghadapkannya pada Raga.

Di dalam laptop tersebut terputar sebuah adegan. Percakapan Raga dan Lani. Kemudian ada sebuah adegan, kalau dalam film adegan itu khusus 17 tahun ke atas. Raga tersentak kaget melihat adegan itu. Ia membungkam mulutnya tidak mengeluarkan sepatah katapun. Rekaman itu berakhir saat Manda masuk ke dalam ruangan dan berteriak kaget.

Bob Suganda meraih laptopnya kembali. Menghadapkan padanya lagi. Lalu menutup laptop tersebut, "Saya tahu, love story yang dikontribusikan Lani dalam High Feels Magazine itu cerita kalian berdua bukan?" tanya Bob Suganda. Ah! tidak! Lebih terkesan ke arah sebuah sindiran.

Raga terdiam. Ia masih tidak menyangka bisa tertangkap basah seperti ini. Ia lupa kalau itu sebuah kantor. Lebih-lebih ruangan direktur utama. Pastilah terdapat CCTV.

Damn!

"Nggak usah dijawab, Raga. Saya nggak perlu jawaban kamu. Saya hanya memberikan penawaran untuk kamu," kata Bob Suganda.

Raga menatap Bob Suganda. Menduga-duga penawaran apa yang akan diberikan Bob Suganda itu, "Penawaran apa, Oom?" tanya Raga.

"Ada dua. Saya tahu putri saya sangat mencintai kamu. Sebenarnya saya nggak bisa memaafkan kamu karena bermain di belakang putri saya dengan pegawai saya. Tapi, saya akan lebih nggak memaafkan kamu kalau melihat putri saya bersedih karena melihat rekaman ini. Dan saya akan lakukan apa saja demi kebahagiaan putri saya. Termasuk memecat Lani dan Manda yang merekomendasikannya masuk ke dalam High Feels," kata Bob Suganda.

"Maksud, Oom?" tanya Raga kurang paham.

"Kamu punya dua pilihan. Membahagiakan putri saya dan tetap bersama dia. Melupakan love affair kamu dengan Lani. Tenang saja saya akan menjamin jabatan Lani jika kamu memilih pilihan yang pertama. Dan rahasia ini akan tetap selamanya atau memilih tetap seperti ini dengan resiko Lani dipecat, Manda juga dipecat tanpa pesangon dan tanpa pengalaman kerja," kata Bob Suganda.

Seketika Raga dilemma atas dua pilihan itu. Mana yang harus dipilihnya? Ini tidak mungkin. Kenapa jadi seperti ini sih? Kemarin sudah sangat buruk dengan Manda yang marah habis-habisan pada Lani dengannya. Apalagi nanti kalau Lani dipecat dan Manda juga dipecat. Bisa-bisa Raga membuat dua sahabat itu menjadi musuh untuk selama-lamanya. Ditambah lagi Lani yang terlihat menyukai pekerjaannya itu. Seperti pembicaraannya dulu dengan Lani di restoran cepat saji. Tapi ia tidak bisa menerima pilihan yang pertama. Ia tidak bisa meninggalkan Lani. Hatinya sudah bertaut pada Lani. Bagaimana ia bisa memilih? Padahal hari ini dia rencananya ingin menemui Tiara dan mengakhiri semuanya.

REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang