EIGHTEEN: "YOU'RE NOT SORRY"

22K 511 7
                                    

EIGHTEEN―YOU'RE NOT SORRY

"―And you can tell me that you're sorry

But I don't believe you, baby

Like I did before―"

BERAWAL dari pesta dansa berakhir menjadi orang ketiga

Ini hanya sepenggal kisah cinta dari orang yang banyak disakiti oleh cinta. Yang sebenarnya tidak ingin percaya cinta lagi. Tapi takdir memaksanya untuk mempercayainya. Entahlah... ini bisa dikatakan kisah cinta atau tidak. Yang pasti ini berbeda dari kisah-kisah sebelumnya. Ini kisahku... yang sebenarnya tersimpan dalam. Namun, lewat tulisan ini aku menuangkan segala sesuatu yang aku lewati bersamanya. Sebuah rasa... yang awalnya aku tak bisa menggambarkannya.

Aku bertemu dengannya baru sekitar beberapa bulan lalu. Di sebuah pesta dansa. Saat itu aku melihat matanya yang berkilauan dan senyumnya yang bisa membuat aku terbang. Tapi, hanya sekadar itu. Tak kusangka kami kembali lagi dipertemukan dalam suatu kesempatan. Dalam keadaan yang cukup berbeda dari malam pesta dansa tersebut. Tapi yang membuatku akhirnya mengingatnya kembali adalah ketika melihat sesuatu yang mengkilat di matanya ketika menatapku dan senyumnya yang membuat kilatan itu berterbangan di sekitarku. Inikah rasa cinta? Oh tentu saja tidak. Aku tahu itu hanya kesan saat pertama bertemu dengannya tidak lebih. Sudah cukup aku jatuh ke dalam cinta yang kelam. Aku tak mau dipermainkan lagi.

Tapi siapa yang menyangka. Semenjak pertemuan kami yang kedua. Kami menjadi dekat. Aku bahkan tak bisa menjelaskan apa namanya pertemuan kami selanjutnya. Kebetulan? Atau mungkin takdir? Atau semacamnya? Yang pasti aku semakin mengenal dia. Orangnya sangat bersahabat. Yang membuat aku kagum padanya karena sifat sosialnya yang tinggi. Aku suka saat dia bermain dengan anak-anak. Senyumnya, tawanya. Saat dia membuat anak-anak tertawa. Aku suka itu. Terlihat alami.

Tak hanya itu, dia lelaki pertama yang memanggilku dengan sebutan istimewa. Aku kadang mengucapkan protes padanya. Karena kedengarannya sangat konyol. Tapi, sebenarnya aku sangat tersanjung dengan panggilan istimewa itu. Awalnya kami menjalani hari-hari kami sebagai seorang sahabat. Bercanda bersama, tertawa bersama, berbagi bersama.

Namun... semuanya berubah semenjak hari itu. Hari dimana dia mengajakku berdansa lagi di tengah-tengah lapangan parkir. Konyol. Memang. Tapi aku menikmatinya. Selanjutnya... ah... aku bahkan tak bisa menjelaskan dengan kata-kata. Aku tak tahu apa namanya ini? Hubungan tanpa status? Atau apa? Lebih dramatisnya lagi aku sebenarnya tahu kalau dia milik orang lain. Tapi, kalian semua pasti tahu kan. Cinta itu kadang tumbuh seiring berjalannya waktu. Jika dua orang yang selalu bersama. Pasti tumbuhlah rasa itu. Lambat laun aku mulai menyadari rasa yang tak bisa kugambarkan itu adalah cinta. Aku tahu ini salah. Aku tahu bahkan aku masuk ke dalam lubang yang lebih berbahaya lagi. Tapi, entah mengapa aku tak ingin melepasnya.

Hari-hari sering kami lewati berdua. Tanpa memedulikan apa namanya hubungan ini. Mungkin benar kata orang-orang 'hubungan tanpa status' atau lebih parahnya lagi mungkin aku bisa disebut sebagai 'orang ketiga'. Sial! Dulu aku tidak ingin percaya cinta lagi karena antara aku dan kekasihku dulu ada orang ketiga. Tapi nyatanya? Sekarang aku jadi orang ketiga? Bahkan aku masih tak percaya akan ini semua. Tak bisa diterima dengan logika semua yang terjadi. Terkadang aku masih bertanya pada cinta... kenapa kau selalu datang disaat yang tidak tepat? Kenapa?

Mungkin itu hanya akan jadi sebuah pertanyaan karena cinta itu buta, cinta itu bisu, cinta itu tuli. Kenapa aku berkata seperti itu? Cinta itu buta, karena dia tidak melihat dengan siapa aku jatuh cinta bahkan dengan pacar orang. Oh konyol! Cinta itu bisu, karena kadang hanya tersimpan di dalam hati tak bisa diungkapkan. Oh dramatis! Cinta itu tuli, karena tidak bisa mendengar pertanyaanku tadi. Tidak peduli kepada siapa akan jatuh cinta. Saat cupid melepas panah asmaranya. Aku tak bisa menolaknya.

REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang