ELEVEN―WE ARE NEVER EVER GETTING BACK TOGETHER
"―Remember how that lasted for a day?
I say, "I hate you," we break up, you call me, "I love you."―"
LANGKAH kaki Lani menggema memasuki kantornya. Ia cepat-cepat melangkah kekubikelnya dan segera mengeluarkan laptop dari dalam tasnya. Pikirannya kacau karena surat ralat undangan Nathan tadi pagi.
Manda yang baru saja datang memperhatikan Lani. Setelah ia meletakan tas kerjanya di kubikelnya. Ia masuk ke dalam kubikel Lani. Langsung duduk di samping Lani tanpa bersuara. Hanya memperhatikan Lani yang sibuk dengan laptopnya.
"Tumben nggak membuat kegaduhan pagi-pagi," kata Lani.
"Lagi nggak mood," kata Manda.
"Tumben nggak mood."
"Ihh, Lani, dari tadi tumben-tumbenan ya pokoknya lagi nggak mau buat keributan aja, kamu nggak senang apa hari ini aku jadi kalem."
"Kamu kalem? Mana mungkin," kata Lani sambil menggeleng-geleng namun matanya tetap fokus pada layar laptopnya.
"Kamu lagi banyak pikiran ya, Lan? Atau lagi ada masalah? Cerita-cerita... kamu nggak bisa nutupin apa-apa, aku tahu kamu," kata Manda penuh selidik.
Lani menarik napasnya sebelum menutup laptopnya. Ia terdiam sejenak. Manda menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut sahabatnya itu dengan serius.
"Tadi pagi, aku... dapat surat dari Nathan," kata Lani.
"Helloooo, hari gini surat-suratan udah nggak jaman kali," kata Manda.
"Ya kan kamu tahu sendiri aku ganti nomor jadi dia nggak bisa hubungi aku dan mungkin itu jalan satu-satunya," kata Lani.
"Trus, trus? Pokoknya kamu cerita kronologis kejadiannya dari awal sampe akhir," kata Manda.
"Jadi gini, tadi pagi waktu aku main sama gitar merah aku di teras kamarku, tiba-tiba ada pesawat kertas, aku ambil dan itu isinya undangan Nathan buat ketemuan besok jam tujuh malam di Xmas Café, katanya sih buat ngasih kado yang ibunya kasih buat aku."
"Trus kamu mau pergi gitu?" tanya Manda.
"Mungkin, nggak! Aku nggak mau lihat masa lalu lagi, Man, kalau aku nemuin Nathan sama saja aku kembali ke masa lalu."
"Tapi... apa kamu nggak penasaran sama isi kado ibunya Nathan itu?" Manda bertanya lagi.
Argh. Lani mengacak rambutnya. Terlibat kembali dengan pergulatan batin yang berat. Lani mengembuskan napasnya. Benarkah malam ini ia harus berhadapan dengan Nathan lagi?
***
Lani memarkir Juke-nya di garasi rumahnya. Kemudian berjalan ke arah pintu rumahnya. Lani kaget saat berada di depan pintu rumahnya, ada sebuah post-it berwarna kuning yang tertempel di daun pintu.
Meja nomor 20. See you tonight.
Itu tulisan yang tertera pada post-it tersebut. Lani segera mencabut post-it itu dan meremasnya lalu membuang ke tempat sampah yang ada di sampingnya. Ia mengambil kunci rumahnya lalu membuka pintu rumahnya itu. Lani masuk ke dalam dan berlari ke kamarnya. Meletakan tasnya di atas sofa kamarnya lalu mengambil ponselnya dari dalam tasnya itu. Ia segera mengirimkan pesan singkat pada Manda.
To: Manda
Man, tdi kayaknya Nathan dari rumahku.
Dia ninggalin memo di dpn pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED
RomancePernakah kau diduakan? Arlani Kayana, gadis 23 tahun, penyuka warna merah yang bekerja di sebuah redaksi majalah. Mempunyai kenangan buruk dengan lelaki di masa lalunya. Ia selalu menjadi korban perselingkuhan. Baik itu dengan (mantan) sahabatnya se...