SIXTEEN―OUR SONG
"—I've heard every album,
Listened to the radio,
Waited for something to come along
That was as good as our song—"
JUKE Lani memasuki pelataran rumahnya. Ia sedang kesal-sekesal-kesalnya pada Raga. Belakangan ini, Raga terlalu overprotective. Kekesalannya berawal tadi, sudah beberapa hari ini ia diantar dan dijemput oleh Raga ke kantor. Yang membutnya selalu was-was kalau Bob Suganda melihatnya dan curiga. Tadi pagi, ia pergi ke kantor tanpa jemputan Raga karena sedikit pertentangan tentang 'antar-jemput' itu. Lani sempat mengatakan Raga memperlakukannya seperti anak kecil. Pulang kerjanya pun Raga membuatnya kesal. Raga mengajaknya untuk pergi ke rumahnya. Tapi, kembali lagi, ia yang akan menjemput Lani di kantor. Lani tidak mau, ia telah terlanjur membawa Juke-nya. Membuat Lani menutup telepon Raga tiba-tiba tadi. Raga mengacaukan harinya.
Saat turun dari Juke-nya, ia kaget saat CR-Z Raga sudah bertengger di pelataran rumahnya itu. Raga berdiri menyandarkan punggungnya di pintu CR-Z-nya mengawasi Juke Lani dari jauh. Lani memutar-mutar bola matanya. Untuk apa ia kemari? Bukannya Lani sudah mengatakan bahwa ia tidak mau bicara dengannya dulu. Lani segera memasukkan Juke-nya ke dalam garasinya. Kemudian ia keluar dari Juke tersebut untuk menemui Raga.
"Ngapain kemari?" tanya Lani sinis.
Raga malah meraih Lani lalu memeluknya, "Aku mau minta maaf sama kamu, kamu marah ya tadi? Aku nggak maksud kok buat overprotective kayak gitu."
Lani bergeming. Ia menghela napasnya. Kemudian berusaha melepaskan diri dari pelukan Raga. Tapi usahanya sepertinya nihil.
"Tapi sikap kamu menunjukkan kalau kamu memang begitu," kata Lani kemudian.
"Karena aku sayang kan sama kamu," kata Raga.
"Tapi nggak kayak gitu juga kali," kata Lani yang masih ada di dalam pelukan Raga.
"Ya sudah, aku minta maaf kalau begitu. Aku minta maaf sudah buat kamu nggak nyaman. Sekarang kamu mau ya... ikut aku ke rumah," kata Raga sambil melepaskan pelukannya.
"Jadi kemari cuma buat bujuk aku supaya ikut ke rumah kamu?" tanya Lani.
"Aku tujuannya mau minta maaf, tapi sekalian buat bujuk kamu juga, hehehe," kata Raga diakhiri cengirannya, "Maafin aku ya," kata Raga segera merubah tatapannya menjadi tatapan penyesalan.
"Ck...," Lani menghela napasnya lagi, "Ya sudah, nggak apa-apa."
"Berarti kamu mau ya ikut aku," kata Raga.
"Iya, tapi aku tetap pakai mobilku," kata Lani.
"Iya deh, terserah kamu, Sayang," kata Raga kemudian mencolek ujung hidung Lani, "Sekarang ganti baju gih," kata Raga.
"Aku mau mandi dulu. Udah bau banget," kata Lani.
"Aku tunggu pokoknya atau mungkin perlu dimandiin?" tanya Raga.
Lani memukul lengan Raga manja, "Mulai lagi pikirannya yang nggak-nggak, udah! yuk masuk aja biar cepat," kata Lani kemudian mengambil langkahnya menuju pintu rumahnya. Raga mengekor di belakang Lani.
Lani segera mengeluarkan kunci rumahnya dari dalam tasnya. Kemudian membuka pintu rumahnya itu. Ia segera masuk ke dalam rumah diikuti Raga. Lani segera berlari ke arah kamarnya.
"Lho? Ngapain ikut-ikut sampai ke kamar segala?" tanya Lani saat mendapati Raga masih mengekor di belakangnya.
"Mau ikut kamu mandi," kata Raga dengan tampang sepolos mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED
RomancePernakah kau diduakan? Arlani Kayana, gadis 23 tahun, penyuka warna merah yang bekerja di sebuah redaksi majalah. Mempunyai kenangan buruk dengan lelaki di masa lalunya. Ia selalu menjadi korban perselingkuhan. Baik itu dengan (mantan) sahabatnya se...