TWELVE: "ENCHANTED"

24.4K 577 7
                                    

TWELVE—ENCHANTED

"—This night is sparkling, don't you let it go

I'm wonder-struck, blushing all the way home

I'll spend forever wondering if you knew

I was enchanted to meet you—"

MALAM ini mungkin akan menjadi malam terburuk bagi Lani. Satu hal yang diharapkan Lani, semoga Raga datang malam ini. Ia segera mengambil gaun yang baru dikirim bundanya tadi untuknya. Mempersiapkan dirinya untuk acara gila malam ini. Lani segera mengambil hanger dari dalam lemarinya dan menggantung gaunnya itu. Kemudian ia mengambil baju mandinya dan berjalan menuju kamar mandi.

Pesan singkat yang dikirimkan Lani pada Raga, belum juga ada balasannya. Makanya, Lani khawatir kalau-kalau Raga tidak membaca pesannya tersebut. Cara apalagi yang harus dilakukannya untuk membatalkan semuanya?

Jam sudah menunjukkan pukul 18.24, Lani yang telah selesai bersiap-siap ragu untuk beranjak pergi ke De Salma Resto. Daritadi ia memikirkan apa yang akan terjadi di sana. Kemungkinan-kemungkinan terburuk menantinya. Dengan segera Lani meraih ponselnya dan mengetik sebuah pesan singkat untuk Manda.

To: Manda

Man, gimana nih?

Aku bingung sumpah

Kalau Raga ga datang gimana?

Tak ada balasan juga dari Manda. Membuat Lani semakin khawatir. Dengan terpaksa Lani mengambil tasnya lalu beranjak dari kamarnya. Ia segera mengambil kunci mobilnya dan menuju garasi menyalakan Juke-nya. Sebelum Lani pergi dari situ ia menarik napasnya panjang menghilangkan rasa nervous sekaligus ketakutan yang membungkusnya.

***

Lani turun dari BMW milik orang tuanya. Lalu melangkahkan kaki memasuki De Salma Resto dengan gontai. Kedua orang tuanya mendampinginya di kiri dan di kanan. Tadi, orang tuanya sendiri yang menjemputnya di rumah. Mereka sudah memesan meja untuk acara malam ini.

Di sebuah pojok ruangan, nampak seorang lelaki dengan pakaian formal duduk. Lani mendekat dengan sangat kaku.

"Selamat malam, Tante, Oom," sapa Nathan sambil tersenyum. Senyum yang membuat Lani mual.

"Selamat malam, Nathan. Sudah lama menunggu?" tanya Trisya sambil duduk di hadapan Nathan bersama Reza.

"Belum terlalu lama kok, Tante," jawab Nathan.

Lani pun duduk di sebelah Nathan, hanya itu bangku yang tersisa. Lani melihat ke arah Nathan. Lelaki itu tersenyum penuh kemenangan. Dalam hati Lani memaki lelaki itu habis-habisan. Oh God... Semoga malam ini Raga datang.

"Jadi gini lo, Yah. Nathan ini anak sahabatnya bunda, Nania. Yang bunda dulu cerita sama Ayah. Tapi, bunda sudah tahu semuanya kok, Yah. Bunda udah nggak marah sama Nania. Tapi Nania udah meninggal dan kasihan Nathan juga jadi sebatang kara, soalnya suaminya Nania juga udah meninggal. Nah, Nathan kan pacarnya Lani."

"Ralat, Bunda! Mantan," potong Lani.

"Ya, pokoknya punya hubungan-lah, Nah, kan Bunda selama ini udah salah besar kan sama Nania. Bunda ingin menebus kesalahan bunda dengan cara jodohin Lani dan Nathan. Bunda bisa jadi orang tua Nathan gantiin Nania menjaga Nathan kalau kayak gitu. Gimana, Yah?" kata Trisya.

"Kalau Ayah sih terserah Lani saja," kata Reza.

"Lani udah setuju kok, Yah. Kemarin Lani sudah bicara sama Bunda katanya dia mau," kata Trisya.

REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang