TWENTY THREE: "BREATHE"

23.4K 529 16
                                    

TWENTY THREE―BREATHE

"―Music starts playing

Like the end of a sad movie

It's kinda ending

You don't really wanna see―"

MENGAPA bayangan tentang Raga masih berkelebat di dalam benaknya? Mengapa pikirannya seakan tak mau lepas dari Raga? Dan mengapa apapun yang ia lakukan atau ia temui di sekitarnya selalu berhubungan dengan Raga? Tidak bisakah ia bernapas sedikit tanpa ada nama Raga di setiap tarikan napasnya?

Lelaki itu benar dicintainya. Tetapi lelaki itu juga terlampau menyakitinya. Ia tahu hanya gadis bodoh yang mencintai orang yang telah mencampakannya. Mungkin banyak yang berkata 'Hei bodoh! Kenapa kamu masih memikirkannya padahal dia telah menyakitimu berulang-ulang kali?'. Mungkin ia bisa mengatakan pada mereka 'Bukan dia yang menyakitiku tetapi bayangan tentangnya. Andai saja bayangan tentangnya bisa hilang dari benakku. Akan lebih mudah untuk melupakan semuanya'. Belakangan ini terjadi pertengkaran batin di dalam dirinya. Hubungannya dengan Raga masih gantung. Belum ada kata 'berakhir' tapi, bukankah dengan melihat semua yang terjadi ini adalah akhir dari segalanya?

Lani menghela napasnya. Sebelum ia sadar ada sebuah instrumen musik mengalun di belakangnya. Dari sebuah radio yang ia putar di kamarnya. Radio itu mengalunkan musik klasik. Menikmati musik itu, sejenak Lani bisa sedikit merelaksasikan pikirannya.

Jika dulu ia bisa melewati masa-masa berat seperti ini waktu bersama Nathan? Kenapa sekarang tidak? Lani pasti bisa! Namun, jika dihitung kenangannya dengan Nathan dulu memang banyak karena dua tahun hubungan mereka. Tapi kenangannya dengan Raga banyak yang unforgettable meski hubungan yang tidak terlalu panjang. Huh! Kenapa Tuhan mempertemukannya dengan Raga? Pasti ada rahasia Tuhan di balik semuanya. Entah rahasia apa itu.

Lani menghela napasnya panjang. Dari awal tahun Lani sudah berniat menjalani kehidupan baru. Tapi apakah ini yang dinamakan kehidupan baru? Kehidupan dengan bayangan Raga di setiap langkahnya? Begitu? Bukan ini yang Lani mau!

Lani mengembuskan napasnya kembali. Kali ini niatnya harus bersungguh-sungguh. Menghapus nama Raga dari benaknya. Mengabaikan segala sesuatu yang mengingatkannya pada Raga. Semoga saja ia bisa mendapatkan pekerjaan lagi. Setidaknya agar Lani sibuk dengan pekerjaannya itu dan melupakan segala sesuatu tentang Raga.

Itu tekad Lani! Kali ini benar-benar tekad! Dan harus diwujudkan.

Nama Raga sudah di-blacklist.

***

Mazda2 milik Manda melewati jalan-jalan kota Jakarta. Manda dan Lani berada di dalamnya. Kali ini Manda mengajak Lani untuk ikut dengannya. Manda mendapatkan pekerjaan memotret aktivitas perkantoran. Ada beberapa nama perusahaan yang sudah mengizinkan High Feels Magazine untuk mengambil gambar mereka saat di kantor. Seperti biasa, Lani sebenarnya tidak mau ikut. Tapi, dipikirnya daripada ia berdiam diri di rumah seperti orang autis lebih baik ikut Manda bukan?

Heran juga, sudah beberapa bulan ini Lani gencar memasukkan lamarannya ke perusahaan-perusahaan tapi tak ada satupun yang memanggilnya. Nah, kebetulan kan Manda akan memotret aktivitas perkantoran. Sekalian Lani bisa lihat-lihat siapa tahu ada lowongan kerja. Dan Lani bisa memasukkan lamarannya ke sana.

"Kita mau ke perusahaan apa aja sih? Ada berapa perusahaan yang bakalan kita datangi?" tanya Lani.

Manda menghitung-hitung, "Hm... cuma tiga kok. Soalnya kan kita bagian fotografi bagi tugas gitu, yang bakalan kita datangi itu perusahaan advertising apa gitu namanya lupa, terus perusahaan eksport-import sama tour and travel gitu. Kamu lihat aja deh, Lan, catatannya ada di dalam tas aku tuh di jok belakang," kata Manda.

REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang