EIGHT―SPARKS FLY
"―You touch me once
And it's really something
You find I'm even better than you
Imagined I would be―"
KUBIKEL Lani tampak sangat berantakan. Dengan gerakan cepat ia membereskannya. Hari ini Raga mengajaknya kembali lagi ke tempat Karen. Ia merindukan anak kecil polos itu. Lani sengaja mengerjakan semuanya secepat mungkin karena cepat-cepat ingin bertemu Karen. Jam 15.30 pekerjaannya sudah beres. Maka ia bisa pulang saat itu juga. Tapi, karena kubikelnya berantakan ia merapikannya kubikelnya sebelum pulang. Setelah selesai, ia segera mengambil tas kerjanya dan melangkah keluar. Lani melangkah dengan cepat. Tiba di depan kantor, ia melihat CR-Z Raga sudah bertengger di depannya. Lani mengawasi kiri dan kanan sebelum masuk ke dalam CR-Z tersebut. Ia mengembuskan napas lega setelah berada di dalamnya.
"Kenapa sih kamu? Seperti dikejar-kejar orang saja," tanya Raga mengernyit dan belum juga menyalakan mesin CR-Z-nya itu.
"Nggak usah banyak tanya, ayo kita pergi dari sini!" pinta Lani.
Raga mengangkat kedua bahunya sebelum akhirnya menyalakan mobilnya. CR-Z itu keluar dari perkantoran Lani. Ia mengembuskan napas lega saat CR-Z itu sudah berada di jalan raya. Ia takut, jangan sampai Pak Bob Suganda melihatnya masuk ke dalam CR-Z Raga dan mulai curiga dengannya. Semoga itu tak akan pernah terjadi.
Tidak berlama-lama setelah tiba di balai penanggulangan/Rehabilitasi HIV/AIDS. Raga dan Lani langsung mengambil langkah ke ruang informasi sebentar menanyakan kondisi dan keberadaan Karen sebelumnya.
"Karen ada di taman sekarang, tadi setelah makan pagi dia meminta diantarkan ke taman, soal kondisinya, beberapa hari yang lalu Karen terjatuh dan kakinya terkilir, hanya terkilir biasa tapi mengakibatkan dia harus memakai kursi roda sekarang."
"Karen lumpuh begitu?" tanya Raga mengernyit.
"Mungkin karena virus di dalam tubuhnya semakin membuat kekebalannya melemah jadi walaupun hanya terkilir biasa bisa menyebabkan kelumpuhan."
Raga dan Lani saling pandang. Kasihan Karen kecil.
"Boleh kami melihatnya?" tanya Lani.
"Tentu saja."
Raga segera menggandeng tangan Lani bergegas menuju taman. Tiba di taman, mereka celingak-celinguk. Ada beberapa orang ODHA dewasa di sana. Namun di dekat air mancur. Karen duduk menatap air mancur sambil memangku boneka beruang yang diberikan Raga dan Lani waktu itu. Raga dan Lani mendekati gadis kecil itu.
"Karen," panggil Lani.
Gadis kecil itu menoleh menatap Raga dan Lani. Seulas senyum tersungging di bibirnya. "Kak Raga, Kak Lani," teriaknya antusias.
Lani segera mendekati Karen dan memeluknya, "Kak Lani kangen Karen," katanya.
Kemudian Raga ikut mendekat dan menutup pelukan Karen dan Lani dengan pelukannya, "Kak Raga juga kangen Karen," kata Raga tak mau kalah.
"Karen juga kangen kakak-kakak."
Cukup lama mereka bertiga berpelukan. Melepaskan kerinduan mereka dengan gadis kecil itu. Raga segera mengambil alih kursi roda Karen. Dan mendorongnya menuju sebuah bangku taman. Raga dan Lani duduk di situ dengan Karen di hadapan mereka.
"Kak Raga, boneka beruang ini aku namakan Rala," kata Karen.
"Rala?" Raga dan Lani sama-sama bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED
RomancePernakah kau diduakan? Arlani Kayana, gadis 23 tahun, penyuka warna merah yang bekerja di sebuah redaksi majalah. Mempunyai kenangan buruk dengan lelaki di masa lalunya. Ia selalu menjadi korban perselingkuhan. Baik itu dengan (mantan) sahabatnya se...