TWENTY ONE―LAST KISS
"―Your name forever the name on my lips―"
RASANYA sangat sulit untuk mengambil keputusan ini. Tapi, Lani sudah membulatkan tekadnya. Mungkin ini adalah salah satu keputusan terberat di dalam hidupnya. Setelah melewati pemikiran yang amat panjang. Akhirnya, Lani memutuskan hal ini. Dilangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan. Ya, siapa lagi kalau bukan ruangannya Bob Suganda sang bos besar. Kali ini ia melangkah mantap. Apapun keputusannya ia sudah meyakininya. Tadi sebelum ia berjalan ke ruangannya Bob Suganda, ia telah meneleponnya. Jadi, Bob Suganda sudah menunggu di ruangannya.
Seperti biasa, sebelum masuk Lani mengetuk pintu ruangan Bob Suganda. Ketika sebuah suara menyahut Lani segera memutar gagang pintu. Pintu berderit sebelum Lani masuk ke dalamnya.
"Selamat sore, Pak," sapa Lani.
"Selamat sore, Lani, silakan duduk. Ada perlu apa?" tanya Bob Suganda segera melepas kacamatanya di atas meja dan menatap Lani yang sedang berjalan ke arahnya.
Lani meletakkan berkas yang di bawahnya di atas meja.
"Berkas apa ini? Kamu kan sudah menyerahkan semua rancangan kemarin. Kamu kan sedang tidak perlu menyerahkan berkas?" Bob Suganda mengernyit heran.
Lani menghela napas sebelum tersenyum, "Itu berkas pengunduran diri saya," kata Lani.
Bob Suganda kaget, "Lho? Kenapa bisa begitu? Kamu baru dapat jabatan baru. Kamu kurang puas dengan jabatan barumu itu?" tanya Bob Suganda.
"Tidak, Pak, saya sangat puas. Hanya saja saya mau cari pengalaman baru di luar sana. Terima kasih juga Bapak telah menerima saya bekerja selama dua tahun," kata Lani.
Bob Suganda segera meraih berkas yang diberikan Lani itu. Membaca surat pengunduran dirinya. Ia nampak berpikir.
"Jadi kamu mau berhenti hari ini juga?" tanya Bob Suganda seusai membaca berkasnya itu.
"Iya, Pak, saya sudah menyelesaikan semua rancangan saya. Saya juga sudah mengarahkan anggota-anggota di bawah saya. Semuanya. Tinggal Bapak saja yang memilih orang menggantikan saya," kata Lani.
"Tapi, Lani, nggak semudah itu memilih orang untuk menggantikanmu. Apa kamu yakin dengan keputusanmu ini?" kata Bob Suganda.
"Saya yakin, Pak. Maaf Pak kalau mungkin dengan pengunduran diri saya ini merugikan High Feels Magazine," kata Lani.
"Baiklah, kalau tekad kamu sudah bulat. Saya sangat merasa kehilangan kamu. Karena kamu pegawai yang punya potensi besar," kata Bob Suganda sambil menandatangani surat pengunduran diri Lani, "Pesangon kamu selama bekerja di sini langsung ditransfer ke rekening kamu, pengalaman kerja kamu bisa ambil di sekretaris saya sebentar," lanjutnya.
"Baik, terima kasih banyak, Pak, saya permisi dulu mau beres-beres," kata Lani sambil menjabat tangan Bob Suganda.
"Terima kasih Lani selama ini telah berkontribusi dalam High Feels Magazine," kata Bob Suganda membalas jabatan tangan Lani, "Semoga sukses," lanjutnya.
"High Feels juga semoga makin maju," kata Lani kemudian meninggalkan ruangan Bob Suganda.
Tantangan baru dalam hidupnya menanti.
***
Sudah dua bulan semenjak pengunduran diri Lani dari High Feels Magazine. Lani sudah memasukkan lamaran kerja ke beberapa perusahaan. Tapi, belum juga mendapat panggilan kerja. Jadinya, ia hanya di rumah saja. Mengurus rumahnya, membuat taman di rumahnya dan hal-hal lain yang bisa dikerjakan di rumahnya. Terkadang ia juga bermain bersama gitar merahnya. Berhenti dari dua pekerjaannya sekaligus ternyata membuat Lani terasa hampa juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED
RomancePernakah kau diduakan? Arlani Kayana, gadis 23 tahun, penyuka warna merah yang bekerja di sebuah redaksi majalah. Mempunyai kenangan buruk dengan lelaki di masa lalunya. Ia selalu menjadi korban perselingkuhan. Baik itu dengan (mantan) sahabatnya se...