Semua orang selalu menatap aneh dan tidak suka setiap kali Dokja tertangkap mata mereka. Aura anak itu suram seperti dikelilingi oleh kematian.
Dan bukannya tidak mencoba, tapi setiap kali ada orang yang ingin berteman atau sekedar bertukar sapa dengannya, mereka selalu dia hadiahi dengan keheningan panjang, dengan Dokja yang selalu terfokus pada layar ponselnya.
Membuat orang lain kesal lalu pergi menyumpah serapahi dirinya. Nyatanya anak itu selalu kesepian, begitu mendambakan seseorang dan hubungan pertemanan.
Tapi apa daya? Keselamatan orang lain jelas lebih penting daripada kesendiriannya.
"Apa kau puas?"
"Tentang apa?"
"Segalanya."
Sosok itu hanya menyeringai mendengar perkataan Dokja, terlampau mengerti apa yang dimaksud oleh anak ini.
Oh, dan bagaimana Dokja bisa lupa? Sosok ini selalu menempelinya sepanjang waktu, siap membunuh siapa saja yang berani mendekatinya.
'malaikat maut menyebalkan, tidak bisakah dia mengambil nyawaku saja daripada mengambil nyawa orang-orang yang berusaha berinteraksi denganku?' pikir Dokja jengah.
—Fin—
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortelle | Orv Fanfiction
Storie breviUntaian kata itu terurai, saling membelit hingga merangkai sebuah kalimat, kemudian menyambung menjadi alunan paragraf hingga sebuah kisah terbentuk. Salam wahai Nona-nona dan Tuan-tuan, selamat datang di Omniscient Readers View Point The "Fortelle"...