"Simpelnya gini..." Dokja berucap saat Sooyoung menanyakan padanya tentang mengapa ia memilih mengorbankan dirinya berkali-kali dan terus mengulangi rasa sakit yang menerusuk ke dalam ingatan.
"Sooyoung, Dunia itu adalah sebuah buku. Dan mereka nggak bisa melakukan perjalanan hanya dengan membaca satu halaman." Jawab Dokja lugas.
Kadang Sooyoung berpikir, daripada menjadi seorang pegawai perusahaan atau pahlawan dunia, Dokja itu lebih cocok menjadi seorang guru bahasa atau filosofi sastra, perkataannya terkadang sederhana, tapi rumit dimengerti.
Dan sekarang, Han Sooyoung baru memahami maksud si bodoh itu. Dia akan bertugas menjadi pembuka halaman pertama dan halaman-halaman selanjutnya dengan membaca kata-kata pada buku itu, mengalami emosi dan rasa sakit bacaan itu seorang diri, kemudian membiarkan yang lain melalui halaman-halaman itu tanpa rasa takut, dan agar lembar berikutnya dapat terbuka dengan mudah, maka yang dibutuhkan hanya pengorbanannya untuk menanggung kesakitan dalam bacaan itu.
"Kim Dokja bodoh." Bisik Sooyoung pelan pada peti mati yang telah diawetkan, memamerkan keindahan tubuh Kim Dokja di dalam sana, akhir dari buku yang mereka baca bersama dengan Kim Dokja sebagai pendahulunya.
–Fin–
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortelle | Orv Fanfiction
Short StoryUntaian kata itu terurai, saling membelit hingga merangkai sebuah kalimat, kemudian menyambung menjadi alunan paragraf hingga sebuah kisah terbentuk. Salam wahai Nona-nona dan Tuan-tuan, selamat datang di Omniscient Readers View Point The "Fortelle"...