32

140 21 38
                                    

Masih jaman SMP ya bestie

"JANGAN!!!"

Terry mengambil botol yang berisi minuman milik siswa. Gak tanggung, langsung ngambil dua.

✌🏻

Urgent loh ini

Dia membuka tutupnya dan menyiramkan ke sampah yang dibakar.

Setidaknya jika tidak menang, dia ingin menunjukkan hasil karyanya kepada sang ayah tercinta.

Lagi, dia dihina

Murid-murid berspekulasi bahwa Terry seperti pemulung. Rela memungut barang yang sudah menjadi sampah.

Heh! Padahal barangnya jadi sampah juga gara-gara mereka! Paboya!

Api yang melahap kertas berhasil padam sebagian. Terry buru-buru mengambilnya dan membawanya ke wastafel terdekat untuk memadamkan apinya.

Kertasnya hangus sebagian. Dia menoleh ke belakang dimana dirinya sedang menjadi pusat perhatian. Dia lalu pergi dari sana.

"Huuuuuuuuu!"

Dan Beomgyu yang diam-diam ikut pergi berlari untuk menyusul Terry.

***

"Ter! Terry!"

Terry menghentikan larinya, lalu menoleh ke belakang. Disana, Beomgyu mengejarnya. Tapi dia melanjutkan larinya.

Masih malu mungkin

Gimana gak malu?

Hampir semua murid melihatnya. Bayangin aja dah sendiri, gak sanggup jabarin.

Beomgyu mempercepat larinya, dan meraih bahu Terry. Terlihat pipi Terry yang basah oleh air mata. Napasnya masih ngos-ngosan, menambah kesan ngenes pake banget bagi yang melihatnya.

Yhaaa, kalian gak liat. Terry meler itu ingusnya.

"A– hiks, pa?"

"Dipanggil Bu Dita," kata Beomgyu. Dia menarik lengan temannya itu untuk dibawa ke kantor menemui Bu Dita. Si guru magang.

Sedikit cepat mereka sampai di kantor. Kantor sepi, hanya ada Bu Dita. Mungkin sibuk sana sini karena habis class meet.

"Nih, Bu. Saya udah bawa Terry nya." Beomgyu sedikit mendorong Terry.

"Terry, kamu ikut lomba menulis cerpen kan?" tanya Bu Dita pelan, dan lembut. Duh, jadi insinyur.

Perlahan Terry mengangguk. Semenjak masuk tadi dia terus menutupi wajahnya yang terlihat ngenes itu. Bu Dita mengeluarkan sebuah amplop dengan ketebalan sedang. Dan memberikannya pada Terry.

"Ini," ucapnya.

Terry masih enggan menerimanya. Tangan yang perempuan menarik tangannya, dan meletakkannya di telapaknya. Sedikit memaksa.

"Tadi, ibu liat, Pak Xiu, Daniel, Karina, dan Ningning pagi-pagi jam 6. Karena hari ini piketnya saya, saya tadi berangkat lebih pagi.

Mereka sedang membujuk Pak Xiu untuk merubah nilai pemenang. Kamu tau? Kamu seharusnya juara 3 Terry. Tapi Daniel menyogok Pak Xiu untuk bermain kotor.

Tau sendiri Pak Xiu itu sayang sama murid kelasnya, dia nerima uang dari Daniel. Dan akhirnya kamu jadi peringkat 4."

Terry terkejut. Pantas saja, dia merasa Ningning ini tidak terlalu menyukai kegiatan tulis-menulis. Rupanya dia dibantu orang dalam.

Tangannya kini mengenggam amplop dengan erat. "Jadi, saya inisiatif ngasih kamu itu. Sebagai ganti dari hadiah kalo kamu juara 3," lanjut Bu Dita.

"Diterima, ya. Saya tau kamu pengen banget banggain hasil kerja keras kamu ke ayahmu," Bu Dita tersenyum diakhir katanya.

Terry mengelap ingusnya. "Makasih Bu! Berkat ibu, uang ini bisa saya kasih ke ayah. Terima kasih Bu!" Terry menyalami tangan gurunya, lalu berlari keluar dari kantor.

Beomgyu dan Bu Dita tersenyum kecil melihatnya. Kini atensi Bu Dita terarah ke Beomgyu. "Kamu, gak ikut pulang?"

"Duh, saya pengen pulang. Tapi gak tega," kata Beomgyu dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Kening Bu Dita mengerut. "Loh, kenapa?"

"Saya gak tega, ninggalin bidadari cantik sendirian di kantor. Ntar kalo ketemu setan, setannya jatuh cinta. Terus saya nya jomblo dong.."

Ctak!

"Dih, masih kecil gombal. Tiati, ntar ada yang ngamok. Udah, pulang sana!"

"Siap. Permisi Bu!"

Hmmzz

Gyu udah mulai jadi buaya ya😄. Pulang lewat mana lu Gyu, gua begal lo!

[1] Thriller Story : Siders || TXT [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang