15

185 25 35
                                    

Oke, dari kemarin kita selalu bahas Hyuka, Taehyun. Bagaimana dengan yang lain?

Kita bahas Yeonjun sekarang.

Seperti yang kita tahu, Yeonjun harus jadi babunya Jeno selama kepalanya benjol. Namun, naasnya bagi Yeonjun. Benjolan Jeno tidak kunjung menghilang.

Ada saja yang membuat benjolnya itu awet. Seperti, keserempet ujung pintu, kena tipe-x yang dilempar, dilempar spidol sama guru-guru gara-gara Jeno ketiduran.

Anehnya, semuanya itu tepat kena di benjolan Jeno.

Aneh?

Wajar. Dunia oren

Sudah berminggu-minggu semenjak Yeonjun jadi babu. Mungkin sekarang hampir sebulan.

Entah karena Jeno yang keenakan dilayani (bisa nyuruh seenaknya sama) Yeonjun, atau Yeonjun nya yang sangat penurut. Jeno jadi suka menyuruh Yeonjun bahkan untuk hal-hal yang menjadi kewajibannya sendiri.

Seperti sekarang,

"Jun, kerjain PR gue dong!" ucap Jeno meletakkan buku mapel sejarahnya pada Yeonjun yang sedang melamun. Niat emang, beda kelas tapi nyamperin.

Yeonjun terlonjak. "Apaan, lo kelas IPS 1 Jen, lo lebih unggul dari gue." Yeonjun masih tidak ingin diganggu.

Jeno mencoba sabar. Gini-gini dia lagi butuh. "Gue mahir di ekonomi, tapi soal sejarah gue gapaham."

"Gak mau ah. PR itu kewajiban individu tiap siswa. Jadi gak ada istilah dikerjain." Yeonjun hendak beranjak pergi karena qtime nya dengan pikirannya terganggu.

Baru saja selangkah mau pergi, bahunya ditahan Jeno. Ok, Jeno mulai tersulut.

"Mulai berani ya lo, anj*ng!" Jeno mendorong pelan bahu Yeonjun. Iya, pelan. Tapi pelannya Jeno bisa sampai membuat Yeonjun sedikit terhuyung.

"Maksud lo apa? Gue harus selalu nurut dibawah perintah lo? Cih!" ujar Yeonjun. "Pak Kai nyuruh gue buat jadi babu lo itu buat alasan supaya lo bisa terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa memperparah cedera di kepala lo!" Yeonjun menunjuk-nunjuk kepala Jeno. Dia menjeda kalimatnya.

"Bukan buat jadi brainly buat ngerjain PR lo, bodoh!" Yeonjun berkata lalu pergi.

Rupanya belum sampai disitu. Jeno mengejar Yeonjun dan mengomel dengan suara keras. Membuat mereka menjadi pusat perhatian siswa-siswi yang sedang berada di koridor kelas 12(*).

Hal tersebut tentu membuat guru perlu bertindak. Siswa-siswi itu langsung bubar begitu Pak Jimin datang dan menyuruh mereka bubar.

***

Kedua siswa beda urutan kelas itu masih enggan angkat bicara sedaritadi. Gurunya saja sampai bosan menunggu klarifikasi tentang keributan yang terjadi beberapa menit lalu.

Helaan napas terdengar dari sang guru. "Kenapa? Kok berantem lagi? Gak bosen apa, berantem terus?

Saya yang nanganin masalah kalian kemarin-kemarin aja udah bosen. Apalagi liat muka kalian yang kayak anak kecil rebutan mainan."

Dua orang siswa tadi menlayangkan tatapan protes. "Enak aja anak kecil. Jeno tuh yang anak kecil. Masa nyuruh saya buat ngerjain PR dia Pak?" protes salah satu dari dua siswa tadi– Yeonjun.

"Bener, Jeno?" tanya Kai.

Jeno terpaksa mengangguk. It's a fact

Puasa, gabole boong.

"Tumbenan minta dikerjakan sama Yeonjun, biasanya si Dilan yang ngerjain PR mu?"

"Sekalian ini sebagai bentuk tebusan kesalahan yang diperbuat Yeonjun, Pak."

"Saya paham. Tapi, harus ada batasannya Jeno. Ini hak kamu, hak setiap siswa untuk mengerjakan PR nya. Gapapa nyontek, yang penting tulis sendiri. Atau minta dituliskan, tapi jawabannya kamu yang mikir.

Setidaknya kamu ikutan kerja."

Jawaban dari gurunya membuat Jeno bungkam. Rupanya dia melebihi batas. "Jangan ulang lagi ya, Jeno?"

"Iya Pak." Jeno mengangguk.

"Yasudah, kembali ke kelas."

***

"Nah, sesuai kata Pak Kai. Boleh nyontek asal tulis sendiri." Jeno tersenyum miring.

Dia memojokkan Yeonjun dikelasnya— XI IPS 1. "Cari jawabannya. Atau, lo harus jadi babu gue lagi selama satu bulan kedepan. Baik benjolan gue udah hilang maupun belum."










***

Habede Om piyak! 🐣🐤

[1] Thriller Story : Siders || TXT [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang