33

141 21 22
                                    

"Pah," panggil Daniel pada papanya.

"Hmm?"

"Daniel pengen ke taman..."

"Yaudah, minta dianter sana sama Jamal." Sang Papa, Choi Yu Seop masih tidak mengalihkan kertas-kertas penting itu.

Bibir Daniel mengerucut. "Bukan, Daniel pengen makan ke rumah Terry."

Yu Seop mematung, dan menoleh ke arah anaknya dengan tatapan tak percaya. "Serius? Terry? Temennya Beomgyu yang miskin itu?"

Daniel mengangguk. "Iya, disana enak tau Pah. Coba aja dijadiin taman. Pasti bagus. Kan wilayahnya strategis, deket tempat ibadah, SD, dan juga disana gak terlalu macet."

Diam-diam Yu Seop menyetujui dalam hati. Dia tersenyum. Menatap anaknya lagi, "Bagus juga saran kamu. Ok, nanti Papa bakal bujuk bos Papa buat bikin taman disana."

Kedua pria, ayah dan anak itu tersenyum licik.

***

Terry hari ini pulang sedikit lebih lambat dari teman-temannya. Beomgyu mentraktir nya macam-macam di taman. Katanya, sebagai hadiah Terry berhasil juara 3.

Kakinya terayun penuh irama. Wajahnya sangat ceria, bersenandung kecil seirama dengan kakinya.

Hampir sampai dirumahnya, dia tidak sabar melihat ekspresi ayahnya. Pasti sangat bangga padanya.

Tapi dia melihat sedikit suara ribut yang berasal dari tempat tinggalnya. Dia mendekat, dan melihat beberapa orang berjas hitam serta para tetangganya.

Ayahnya sedang terlibat cekcok dengan ketua orang asing itu.

"Pak, kalau rumah kami digusur, kita mau tinggal dimana?"

"Ya, bukan urusan saya."

"Gak bisa gitu Pak. Bapak seenaknya saja menggusur rumah kami tanpa tanggungjawab!"

"Ha ha ha ha, tenang saja wahai para orang miskin. Kalian lihat koper koper ini?"

Semua tetangganya menoleh ke koper koper yang dibuka. Berisi uang berwarna merah.

"Ya!"

"Masing-masing dari kalian akan mendapatkan ini. Jadi kalian tetap bisa cari rumah baru," kata ketua berjas hitam dengan santai.

"Tap-"

"Udah, Pak Sijun kalo gamau dapet uangnya juga gapapa! Bapak bisa pergi dari sini!" kata salah satu tetangganya, disetujui oleh tetangganya yang lain.

Wah, kurang ajar ini tetangganya. Ayahnya Terry mati-matian debat biar rumahnya gajadi digusur, disogok pake uang malah luluh.

Hmmzz, begonya sangat alami.

"AYAAAH!"

Sijun menoleh. Putranya berlari menghambur ke pelukannya.

"Ayah, ada apa? Kok rame?"

"Nak, kita-"

"Udah, cepetan Pak! Kalau gak setuju digusur, mending pergi!"

"Ya betul!"

Sijun & Terry terpojok. Tak ada pilihan lain selain pergi.

Terry tahu, keluarganya diusir. Ya gak diusir juga sih, kan nanti mereka gak disana. Diam-diam dia mengamati wajah ayahnya yang penuh keringat. Tangannya terasa sedikit panas.

"Ayah sakit?"

Jalanan yang ramai membuat ayahnya tidak mendengar Terry. Kepalanya menoleh ke kanan & kiri. Mencari kontrakan baru. Dia yakin, tabungan di kartunya cukup untuk membayar kontrakan paling tidak 3 bulan kedepan.

Ayah yang pintar mengatur uang.

Ketika mereka menyebrang, mendadak dari arah sisi kiri mereka sebuah mobil melaju dengan cepat. Tubuh Terry didorong ke pinggir jalan.

CIIT!

BRAAKK!!

Mobilnya gak berhenti. Pengemudinya langsung menancap gas lebih cepat ketika tau mobilnya menabrak orang.

Orang-orang segera menolong Sijun. Dia memanggil-manggil putranya. Bersamaan dengan napasnya yang memendek, lalu hilang.

Terry tak kuasa menahan tangis. Bocah itu mendekati jasad ayahnya, dan menangis disampingnya. Akhirnya, jasadnya dikebumikan ke pemakaman terdekat.











***

Hikseu, sabar ya Terry. Pelangi akan datang pada waktunya.

Btw, selamat memasuki tahun ajaran baru 2022/2023

Semangat bagi yang udah mulai sekolah, bagi yang masuk tahun pertama, cie yang jadi murid baru.

Yang di tahun tengah, semangat! Jangan bosen cari pengalaman.

Bagi yang tahun terakhir, yuk semangat yuk! Kamu gak sendiri, aku juga tahun terakhir.

Ayo kita berjuang bersama, untuk menjadi yang lebih baik di tahun ajaran ini!

[1] Thriller Story : Siders || TXT [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang