31. Peristiwa

154 22 32
                                    

Terry pagi ini berangkat dengan ceria, seperti kemarin. Hari ini hari pengumuman pemenang. Dia sangat yakin bahwa dirinya akan menang. Setidaknya tidak apa-apa walaupun juara 3.

Sesampainya disekolah, mading sudah dipenuhi oleh para murid yang penasaran dengan pemenang lomba lainnya.

Katanya, tiga pemenang lomba menulis cerpen, karyanya akan dipajang di mading. Sehingga siswa lain bisa membacanya.

"Perhatian, kepada siswa yang bernama Kokoro, Hwang Yeji, dan Ningning harap menemui Pak Xiumin ke lab bahasa. Sekarang!"

Suara guru piket terdengar. Senyuman Terry menghilang. Dia tau, siswa-siswi yang namanya disebut tadi merupakan saingannya di lomba menulis cerpen kemarin.

Dia segera menuju mading yang menyelipkan tubuh kurusnya diantara puluhan siswa lain.

Ketika sudah didepan mading, Terry menutup mulutnya. Cerpennya tidak dipajang.

Lalu dia bergeser untuk mengetahui dia berada di peringkat berapa. Ternyata dia berada di peringkat #4. Dibawah Ningning.

Dan Terry merasa heran.

***

Dilapangan SMP Drama

Terlihat banyak siswa yang berkerumun. Mereka seperti melihat pertunjukan. Aksi yang ditunjukkan terlalu menarik perhatian mereka.

Termasuk Beomgyu, yang kini tampak seperti menyeret Terry yang sedang badmood. Anak itu sangat ingin melihat apa yang sedang terjadi di lapangan.

"Apaan sih, Gyu! Kamu kalo mau liat ya liat aja sendiri. Aku lagi gak mood kemana-mana!" gerutu Terry yang tidak digubris Beomgyu.

"Nah udah sampai!"

Beomgyu turut menarik tangan Terry hingga mereka bisa berada di barisan terdepan.

Disana, terdapat Daniel, Soobin, dan Kamal sedang berdiri mengelilingi sampah yang sudah dikumpulkan. Tapi kedua tangan Kamal tampak sedang menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya.

Begitu Terry datang, mereka langsung heboh.

"Nah ini dia yang ditunggu datang juga!" seru Soobin sambil menunjuk Terry.

Seperti komando, siswa lain turut berseru heboh.

Merasa bingung, Beomgyu berinisiatif bertanya dengan Chenle yang berada disamping kirinya. "Le ada apaan sih?"

"Gatau. Tapi kayaknya Daniel bakalan bikin pertunjukan. Yang seru tentunya" jawab Chenle dengan smirk.

Beomgyu merasa bahwa nanti ada hal yang tidak bagus. Terry pun sama.

"Dengerin semua!"

Semua suara diam. Menunggu apa yang akan dikatakan Daniel selanjutnya.

Kamal mengeluarkan sesuatu yang sedaritadi dia sembunyikan di punggungnya. Sebuah kertas dengan penuh tulisan.

Kamal membukanya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. "Ini adalah sebuah maha karya dari teman kita tercinta!"

"Sebuah cerpen karya Kang Terry!"

Soobin bersorak, diikuti semua yang hadir disana. Kecuali Beomgyu dan Terry tentunya.

"Coba, mari kita lihat, menceritakan tentang apakah cerita ini?" Dahi Daniel dibuat berkerut.

"Perjuangan seorang ayah!" Daniel mulai membaca judul. Dan yang lain menyoraki.

Bukan sorakan kagum, tetapi seperti sorakan, meremehkan(?)

"Di sebuah permukiman yang berisi penduduk yang kurang mampu, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah dan satu putranya.

Sang anak sangat ingin berhenti sekolah lantaran tidak tega melihat ayahnya bekerja keras demi menghidupi nya. Hmm, cerita tentang diri sendiri rupanya..."

"Oooooooo!"

"Jadi, sepertinya Terry sudah tidak ingin sekolah, teman-teman..." kata Kamal.

"Eh, ini kan hari terakhir sebelum liburan kenaikan kelas. Bagaimana jika kita membuat kenangan untuk Terry kita tercinta?" tanya Soobin meminta pendapat.

"Setuju!" sahut Daniel.

"Ya! Setuju!"

"Se7!"

Dan sorakan sorakan setuju yang lain. Senyum jahat semakin lebar di bibir mereka bertiga.

Sedangkan mata Terry sudah berkaca-kaca. Sungguh, dia malu saat ini.

Dia memang ingin karyanya dibaca oleh teman-temannya. Namun dalam konteks akan terkagum. Bukan untuk menghina.

Tau bedanya kan antara memamerkan untuk berbangga dan menghina?

"Oke. Terry, lo lihat karya lo ini?" tanya Daniel memegang cerpen itu dengan telunjuk dan ibu jari. Seolah itu adalah sampah.

Terry tidak menjawab. Dia berharap yang sedang dipikirannya tidak terjadi.

"Soobin, bakar sampahnya!" titah Daniel yang langsung dilakukan Soobin.

"Ha ha ha, selamat tinggal, cerpen sampah!"

Daniel melempar cerpen itu ke sampah yang sedang terbakar. Dengan senyuman jahat yang tidak pernah hilang.

Bagaikan tindakan heroik, semua yang disana menyoraki nya.

"JANGAAAAANN!!!!!!"

Gatau, jaat banget mereka sumpah







***
Mau cerita, sama minta saran

Kam kayaknya, episode plesbek nya itu masih panjang. Ya walaupun kira* kurang dari 5 bab termasuk epilog, tapi pengennya tak tamatin sebelum sekolah melanda.

Tapi, stuck idea 😭

Terus kalo udah tamat, kan pengennya tuh nyobain segala genre, kira* pengennya genre apa?

Komen ya! 😁🙏🏻

[1] Thriller Story : Siders || TXT [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang