36 [Epilog]

268 25 24
                                    

RS Moripuri Susa

Suasana didepan ruang 4 tampak lenggang. Hanya ada 2 orang yang menunggu didepan.

Seorang dokter keluar dari dalam ruangan tersebut. 2 orang tersebut segera mendekat.

"Bagaimana dokter?"

"Karena ledakan, beberapa tulang ketiga pasien retak. Satu orang diantaranya lumpuh. Kalian boleh masuk, tapi mohon jangan membuat keributan. Saya permisi."

"Iya, dok."

Dokter tersebut berlalu. Keduanya pun masuk ke dalam.

Tiga orang terluka parah. Satu paling parah, dua sedang, yang ketiga lebih baik.

Dua orang itu— Terry & Beomgyu, mendekati ranjang pasien yang terluka paling parah.

Daniel.

Daniel membuka sedikit matanya. Dia sebenarnya terkejut dan sedikit takut melihat Terry yang tersenyum menatapnya. Mata lebarnya itu terlihat menyeramkan.

Tapi karena sedang lemas, dia tidak terlihat terkejut samasekali.

"Hai, gimana rasanya?"

Terry tersenyum. Bukan senyuman ramah, psycho, ataupun sedih. Senyum dengan kehampaan.

"Mungkin setelah ini fisik lo, atau kalian bertiga bakalan cacat. Ini sebagai hukuman buat lo bertiga karena udah nindas gue.

Termasuk buat Dobby. Dia gue bunuh karena suka meremehkan hasil karya orang lain. Seolah-olah dirinya paling bisa segalanya.

Gue benci orang sombong. Bisa aja sih, gue bunuh kalian. Tapi ya, gue masih bisa nahan diri.

Tapi kalau kalian masih aja gak berubah, jangan kaget ya kalau tiba-tiba udah jadi arwah penasaran."

Demi apapun jantung Daniel udah dugun dugun neol saranghae.

"Itu gue berarti yang pisahin nyawa sama badan lo. Hehe," lanjut Terry.

Sehabis mengatakan itu, seseorang datang.

"Taehyun?"

Ketiganya menoleh. Itu Taehyung dengan baju mengajarnya tadi.

"Papa!"

Taehyun berlari kecil dan menghambur ke pelukan papanya. Air matanya menurun.

"Papa, Tae minta maaf karena gak dengerin omongan Papa. Harusnya Tae bisa ngilangin dendam. Maaf, maafin Taehyun!"

Taehyung mengusap pelan rambut putra angkatnya. Dia melepaskan pelukan dan menghapus air matanya. "Gapapa, kamu udah hebat buat nahan supaya gak menghilangkan nyawa orang. Papa bangga sama kamu," kata Taehyung.

"Jadi beneran, Pak tetet ini papanya teri?" Beomgyu mendekati keduanya dan bertanya.

Bukan jawaban yang dia dapatkan, melainkan tatapan tajam dari keduanya.

"Siapa lo/kamu berani ubah ubah nama gue/saya?"

Seketika Beomgyu kicep. Duo Tae kalo lagi mode dark gabisa bercanda.

"Yaudah, gue pulang duluan. Lo minta sopir lo jemput kan?"

"Iya."

"Duluan ya. Oy Daniel! GWS!-

Gak wafat sekalian? Mwahaha!"

Setelah mengatakan itu Taehyun langsung lari. Disusul Taehyung.

Keduanya berjalan beriringan mengundang banyak perhatian dari yang berada di koridor. Dua orang pria berparas tampan jalan di RS. Andai mereka dokter, RS rame kali.

Gatau aja mereka psikopat, wkwkwk.

"Papa, sebenarnya Taehyun kena hasutan teh Lisa."

"Tenang aja, setan ular itu udah Papa usir. Lagian dendamnya udah terbalaskan. Tadi Yu Seop kecelakaan dan meninggal ditempat."

"Papa yang nabrak?"

"Of course."

Keduanya tertawa. Mereka sudah sampai di parkiran.

Taehyung masuk ke mobil. Sedangkan Taehyun bergeming beberapa langkah dari mobil. Seperti sedang mengingat-ingat.

Taehyung melongok, "masuk oy! Mau gue tinggal?"

"Syut! Sini deh."

Taehyung menurut. Taehyun menunjuk ke arah mobil hitam alphard yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Ada yang salah dengan mobil itu?"

Taehyun mengangguk. "Itu mobil jemputan Beomgyu kan?"

"Ya. Dan mobil yang nabrak ayah 4 tahun yang lalu," ucap Taehyun.

— END —










Nahloh berarti?

Wkwkwk, masih ada chapter buat penjelasan. (Atau gak usah kasih?)

Kalo ada yang mau ditanyakan, silahkan komentar 👉🏻

[1] Thriller Story : Siders || TXT [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang