Chap 20 - Strong

636 26 0
                                    

Kantin

"Kau lapar atau apa?"tanyaku pada Brian yang saat ini sedang memakan makanannya dengan -sedikit- tergesa-gesa. "Hehe, sebenarnya aku lapar. Tadi pagi mum tidak menyiapkan sarapan. Dan saat kau mengajak kami ke kantin, aku sedang malas."jelas brian sembari meminum ice tea nya.

"Hey, apakah itu arnold? Yang sedang berjalan kemari dengan seorang gadis disampingnya?"tanya darren tiba-tiba.

Krek

Suara apa itu? Kenapa ada suara aneh? Dan kenapa dada ku terasa sakit? Apa maksudnya?

"Hey guys. Bolehkah kami bergabung?"tanya arnold yang saat ini sedang berdiri didepan meja kami dengan tangan kanannya yang menggandeng tangan grace. Bolehkah aku mengulangnya? menggandeng tangan GRACE. Oke.

Semua pasang mata yang berada di meja ini mengarah kepadaku. "Apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu?"tanyaku bingung. "Ehm, tak apa."jawab brian. "Well, why not? Silahkan saja"tambah brian pada arnold dan grace.

Sejurus kemudian mereka berdua langsung duduk dikursi sebelahku. Sebenarnya, arnold disampingku, lalu grace disamping arnold. Mengerti? Tidak? Tidak masalah.

"Hey, Lex. Bagaimana kabar kucingmu? Siapa namanya? Aku lupa"tanya dalene padaku. Entahlah, ada perasaan lega dalene mengajakku bicara. Arnold dan Grace sedang sibuk bicara saat ini. Jadi kurasa mereka tidak terlalu memperhatikan pembicaraan kami.

"Its Cattie ,dal. Dia baik. Kenapa?"

"Aku merindukan Cattie."ucap dalene. "Well, dalene ku sayang, dad baru memberikannya kemarin sore. Dan kau sudah merindukannya? Are you seriously? Melihatnya saja belum."kataku dengan menyilangkan tanganku didepan dada.

Dad memang membelikanku anak kucing kemarin sore. Aku memotret kucing itu dan mengirimkan fotonya ke dalene.

"Hehe, itu kan hanya perumpamaan, wahai Alexa, sahabat perempuanku yang sedang patah hati."ucapannya mampu membuatku yang tadi senang, menjadi diam.

"Oh, liat perbuatanmu ,dal. Dia jadi terdiam lagi."kata brian. "Ehm, sorry lex. Aku tidak bermaksud-" "tak apa ,dal. Ini bukan salahmu. Tenang saja."jawabku dusta. "Dan, aku pergi ke kelas dulu ya?"tambahku yang sudah berdiri.

"Mau kemana?"tanya arnold langsung menatapku. "Ehm, aku mau ke kelas. Bye"ucapku dan langsung berjalan cepat pergi dari kantin.

Maafkan aku. Aku hanya butuh waktu sendiri saat ini. Entahlah, hanya saja, hatiku sedang tidak tenang.

...Sahabat perempuanku yang sedang patah hati. Ucapan dalene masih terngiang di otakku. Patah hati? Oh sungguh, itu bukan candaan yang lucu. Mataku saat ini mulai memanas. Oh god.. jangan menangis alexa, kau adalah gadis yang kuat. Kau bukanlah gadis yang lemah.

Langkahku terhenti saat ada seseorang yang menarik tanganku dan menarikku ke dalam pelukannya.

-
Gimana chapter ini? Bagus? Atau engga? Comment aja:)

Mentok ihh otak akuu;( kesellll:( tapi biarlah.. greget pengen nulis+ngepost. #curcol=))

Ohya, aku lupa bilang.. di chapter sebelumnya ada clue gitulah.. yang tau monggo di jawab:D hihi tapi kalo dichapter ini, gatau dehh.. ada mungkin?=)) hahaha

Vomment nya jan lupa yaa:D makasih;)

Find Love at London City [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang