Chap 21

606 26 2
                                    

Siapa dia? Kenapa tiba-tiba menarik tanganku dan memelukku? Tapi memang sebenarnya aku sedang membutuhkan sebuah pelukan.

"Bisakah kau tidak menangis? Aku tidak bisa melihat gadis cantik sepertimu menangisi seseorang yang tidak pantas kau tangisi"ujarnya sembari mengelus punggungku lembut. Aku kenal suara ini.

"Me-menangis? Apa maksudmu ,darren?" Yes, he's Darren. "Sudahlah, tidak usah kau pungkiri. Aku tahu rasanya berada di posisimu. Jadi, jangan menangis ya?"katanya dengan nada memohon. Aku tersenyum dibalik pelukan hangatnya.

"Well, aku tidak akan menangis ,darren. By the way, darren, ini sekolah. Tidak baik kita berpelukan di sekolah. Hahaha"kataku. Diapun langsung melepaskan pelukannya dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Oh, he look so cute when he blushing. Hahaha

"Oh, lihatlah pipimu itu ,darren. Wah, manisnyaa.."pujiku sembari tertawa diakhir kalimat. "Well, thanks Alexa."ucap darren dan ikut tertawa bersamaku.

Pas saat aku ingin bicara, bel tanda masuk pun berbunyi.

**
"Nah, ada yang ingin ditanyakan?"tanya Mrs. Cassy selaku guru fisika. "Tidak ada? Okay, aku anggap kalian sudah mengerti dengan pelajaran kali ini. Cukup untuk hari ini. Terima kasih."kata Mrs. Cassy.

Kring.. Kring..

Suara yang paling disukai murid-murid. Bel pulang sekolah. Yap! Saatnya pulang.

"Akhirnya pulang, aku benar-benar ingin tidur sekarang"ucap arnold tiba-tiba lalu menghampiriku diikuti dalene dan darren.

"Kerjaanmu hanya makan dan tidur saja. Aku kadang bingung, kenapa kau tidak gendut sih?"kata dalene sembari menyilangkan tangannya di depan dada. Arnold memutar kedua bola matanya, "gila saja kalau kerjaanku hanya tidur dan makan."

"Tidak bisakah kalian diam dulu? Otakku sedang tidak beres."protesku. Bagaimana aku tidak protes? Pelajaran fisika memang favorit ku. Tapi hari ini aku benar-benar tidak bisa berpikir. Dan sekarang mereka berdebat? Ayolah.. "kenapa dengan otakmu? Biasanya kau paling senang dengan fisika?"tanya dalene dengan nada mengejek.

"Entahlah."jawabku -sedikit- berdusta. "Kau berhutang cerita padaku ya. Karena aku tahu saat ini kau sedang berbohong"ujar dalene. Aku memutar bola mataku. "Whatever you say ,dalene"ucapku dengan penekanan diakhir kata.

"Hey guys. Maaf telat."kata brian langsung masuk ke kelas yang bisa dipastikan bahwa kelas hanya ada kami berlima. "Its okay, babe"ucap dalene kemudian brian mencium pipi dalene sekilas.

"Jadi, ada apa?"tanya brian. "Tidak ada. Ayo pulang"ajakku.

**
"Mau masuk tidak?"tanyaku kepada brian, dalene, dan darren. Arnold? Wah, jangan tanya aku kemana dia. Karena aku yakin kalian sudah tahu jawabannya.

"Apakah ada mum clara didalam?"tanya dalene. "Entahlah, mungkin saja."jawabku. "Okay, ayo"ajak dalene. Aku membukakan pintu untuk ketiga orang sahabatku ini.

"Mum, aku pulang" ucapku setelah menutup pintu. "Oh, kau sudah pulang ,nak?"mum mendatangiku dan mencium pipiku. "Ah, dalene dan brian. Pasangan favorite mum rupanya berkunjung"kata mum kemudian mencium pipi dalene dan brian bergantian. Well, sifat mum memang sangat keibuan.

"Mum, lihatlah pipi mereka ,hihi."ucapku pada mum. "Jangan menggoda mereka seperti itu ,sayang. Mum yakin, sebentar lagi kau pasti akan merasakan apa yang mereka rasakan. Believe me ,honey"kata mum menasehati.

"Yap! Dengarkan mum Clara ya ,alexaku sayang"kata dalene dengan nada mengejek. Aku memutar mata, "whatever you say."

-
Entahlah, chapter ini gimana menurut kalian? Vomment pliss.. :D thanks:)

Find Love at London City [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang