23

616 25 3
                                    

Dalene pov

Monday, 05:40am

"Honey, bagunlah.. kalau tidak, kau bisa telat.."ucap seseorang dengan suara lembut sembari mengguncangkan tubuhku. "Ehm, mum.. aku masih ngatuk.."

"Tidak bisa. Cepat bangun. Atau aku akan memotong uang sakumu minggu ini."ucapnya lembut tapi tegas.

Akupun refleks langsung membuka mata dan terduduk. "Okay, dalene sudah bangun ,mum.." "bagus. Sekarang mandi dan jangan lupa sarapan. Mum dan dad tunggu dibawah"ucap mum. Akupun mengangguk dan segera turun dari ranjang lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

**

"Moring dad, morning mum"sapaku lalu mencium pipi mum dan dad. "Morning dal"sapa mum dan dad. Aku langsung duduk di samping mum.

Tapi.. ada seseorang disampingku. Atau hanya perasaanku saja? "Morning, babe"sapanya. Aku semakin bingung. Suaranya suara pria. Tapi kan kakak ada di Jepang?

Akupun menoleh ke arah dimana orang tadi menyapaku. Aku langsung memukul belakang kepalanya.

"Sedang apa kau disini?!"tanyaku yang masih terkejut dengan apa yang ada di hadapanku sekarang. "Aku berniat menjemputmu. Tapi kurasa aku kepagian datangnya, jadi, mum mengundangku sarapan bersama. Dan kau datang lalu memukulku."jawabnya. "Kau tahu? Tidak mendapatkan kalimat 'selamat pagi' darimu dan kau malah memukulku itu menyakitkan"ucapnya dramatis. Aku memutarkan kedua mataku tak peduli. "Cepat makan. Nanti terlambat ,Brian"ujarku agak dingin dan tak lupa menekan kata 'brian'

Dia tersenyum dan mulai memakan makanannya.

**

"Nah, sekarang kerjakan soal latihan pada halaman 321."ujar Mrs. Cassy selaku guru Fisika.

Otomatis, kami-murid- membuka buku dan mengerjakan soal latihan tadi.

Ah, soal ini. Untung saja kemarin aku belajar. Dan lebih beruntung lagi, kemarin aku mengerjakan soal ini. Dengan cekatan, aku langsung mengerjakannya sembari memasang senyuman lebar.

"Psst, dalene!"bisik seseorang. Aku langsung memutarkan kepala 30° kearah kanan. Oh, bahkan bahasaku sudah bercampur dengan fisika.

"What?"ujarku malas.

"Kau kenapa? Senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Lihatlah yang lain, mereka stress gara-gara soal sialan ini."bisiknya lagi sambil menunjuk ke sekeliling kelas. Well, dia benar. Mereka terlihat stress, terkecuali aku, alexa, brian, silviana, dan crayton.

"Wahai nona Selena, kurasa aku tidak gila. aku tersenyum karena aku belajar kemarin. Mengerti?"kataku sembari mengedip-ngedip kan mata dan tak lupa menekan kata 'selena' dan 'belajar'

"Kau-" "Ms. Smith, apakah kau ingin berbagi ceritamu pada kami di sini?"ucapan Mrs. Cassy  sembari menyilangkan tangannya didepan dada. "Ehm, no, mrs. Sorry"jawab selena. Aku terkekeh melihat tingkahnya saat ketahuan Mrs. Cassy kalau dia bicara disaat sedang diberi tugas.

**

Akhirnya bel istirahat berbunyi. perutku sudah meminta makanan sedari tadi.

Setelah membereskan buku-buku, akupun segera beranjak dari duduk dan berniat untuk pergi ke kantin. Tapi saat aku berdiri, seseorang tiba-tiba memegang tanganku. Akupun menoleh kearahnya. "apalagi sih? Lepaskan tanganmu dariku. Aku ingin ke kantin, aku lapar"ujarku malas. Iapun langsung melepas pegangannya. "kau masih marah padaku?"tanyanya. aku mengerutkan alisku—bingung. "marah? memangnya apa yang kau lakukan sehingga aku harus marah padamu?"tanyaku balik.

"tentang aku dan selena."jawabnya. aku terdiam mendengar jawabannya. well, itu masa lalu. Untuk apa mengingat masa lalu sedangkan masa depanmu sudah didepan mata? "astaga ,Ian. itu sudah sangat lama. Lagipula aku senang saat kau bersama dengan selena. Kalian memang serasi, fyi" ucapku.

"tapi aku masih menyayangimu ,dal. apakah masih ada kesempatan kedua?"tanyanya. aku memasang senyuman hangat. "sayangnya, aku sudah memiliki orang yang aku cintai saat ini dan-" "she is mine"

tiba-tiba saja brian datang dan memotong ucapanku. typical Brian. "yup. dia benar"kataku menunjuk kearah brian.

"so, sudah jelaskan? sekarang pergi atau aku tidak akan segan-segan memukul wajahmu"ancam brian. Dan dengan begitu Ian pergi. akupun tak tahan untuk menahan tawa.

"apa yang lucu?"tanyanya datar. aku langsung menghentikan tawaku. "nothing. hanya saja melihat ekspresi Ian tadi, dan yang kau katakan membuatku ingin tertawa."jawabku dengan memasang senyuman lebar. "cih. hanya itu? tidak ada kalimat seperti 'brian, you're my hero. i wanna kiss you'?"katanya dengan menirukan suara gadis. aku kembali tertawa. "astaga brian. kau sangat lucu. aku semakin mencintaimu saja."ucapku disela-sela tawaku. "aww.. you too."balasnya.

-

Stuck. Abal. Mentok. Aneh. MAAPKAN YAK. ohyaaaa, ini khusus Dalan. hihi. Semoga pada suka sama chapter ini ya:) Makasih.. hihi

p.s. ditunggu kritikannya:)

-Pinguin

Find Love at London City [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang