12. Rahasia

41 9 0
                                    

Rasanya, Heza bermimpi buruk.

Namun, magisnya, ia masih tertarik dengan Nera. Dengan senyumannya yang berangsur melebar dan makin terlihat manis, juga wajah yang makin berseri-seri.

Jangan-jangan, aku yang kena guna-guna?

"Heja, kamu terlihat pucat abis makan gelato tadi. Salah makan?" tanya Syafa prihatin.

"Atau abis dikerjain Nera?" timpal Yosi.

"Enggak ... enggak papa, kok. Ada sesuatu yang bikin syok tadi," sahut Heza.

"Kenapa? Nera tahu kalau kamu tinggal di bekas rumahnya dulu?" tebak Syafa.

"Emang dia tahu?" Heza langsung merinding. Ia mendelik ke arah Syafa.

"Oh, enggak. Aku cuma nebak," jawab Syafa. Ia kelihatan kaget dengan reaksi Heza.

"Aku pulang duluan," ucap Heza akhirnya. "Mendadak pusing."

Heza masih bisa mendengar omongan dua orang di belakangnya.

Apa dia habis melihat sesuatu dari Nera? Dia begitu habis Nera samperin tadi.

Entahlah?

Heza menghela napas. Harusnya, ia tak langsung menggebrak meja dan kabur dari Nera tadi. What a scene! Pasti Derina akan mengangkat sebelah alis tiap melihat Heza, keheranan sekaligus meledeknya tentang kejadian hari ini.

****

Brunnera: Heza? Aku minta maaf. Maaf karena sudah mengira kamu akan baik-baik saja. Aku bisa jelaskan semuanya kalau kamu sudah tenang ....

Heza tak berminat menjawabnya.

Brunnera: Aduh, aku minta maaf banget. Enggak usah balas kalau kamu masih enggak tenang. Bilang aja kalau mau kujelasin. Enggak bakal ada yang kututupi lagi.

Heza masih bergeming.

Brunnera: Maaf. Aku enggak pernah senyum pas hal itu terjadi sebelumnya. Sudah kubilang, kamu bikin aku senang. Bukan senang yang ... sekadar senang. Karena untuk pertama kalinya, aku bisa mendapat firasat baik. Enggak ada kejadian buruk ketika apa yang kugambar jadi nyata.

Kamu mengerti, Heza?

Aku ... aku butuh kamu, buat menghentikan pikiran burukku.

Heza mulai sedikit tertarik. Anak perempuan pendiam yang mengaku senang jika di dekatnya itu, dari awal, tentu tidak mengatakannya karena alasan remeh. Sejujurnya, Heza pun penasaran. Namun, senyuman Nera kemarin terasa begitu creepy, seolah mengisyaratkan, "Benar, 'kan? Apa yang kugambar terjadi."

Gambar Nera ... mewujudkan firasat masa depannya.

Itu kesimpulan yang bisa Heza ambil sementara. Kalau begitu, selama ini, penyebab dia begitu pemurung ....

Heza memukul dahinya. Jangan menduga hal-hal buruk!

Heza: Pulang sekolah, kayak biasa. Perlu ajak Syafa?

Brunnera: Syafa enggak tahu. Jangan. Aku harus jelasin ini dulu ke kamu. Tapi, kamu harus janji.

Sudah dibuat merinding, dipaksa berjanji pula. Lama-lama, Heza jadi yakin kalau Nera sungguhan aneh.

Heza: Janji apa?

Brunnera: Jangan tinggalin aku. Aku butuh bantuanmu. Kalau kamu enggak sanggup, aku enggak akan mengganggumu lagi. Kamu juga enggak perlu tahu soal aku ....

Behind Your SketchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang