Bab IV - Seperti Kota Mati

197 37 0
                                    

Perjalanan tegang telah terlewati. Selain Hongjoong dan Seonghwa, yang lainnya  terlelap. Tidur dengan pulas tanpa beban. Cukup penat memang. Mengingat jarak yang tidak dekat antara rumah San dengan kota yang mereka singgahi. Sedikit meleset dari perkiraan. Mereka tiba setelah 3 jam perjalanan. 

Hongjoong melihat-lihat kondisi di sekitarnya dengan mulut yang tidak berhenti mengunyah. 3 jam perjalanan, melewatkan makan siang karena keberangkatan yang tertunda. Tapi, anehnya situasi di tempat tujuan sudah terlihat gelap. Entah itu karena cuaca atau ada hal lain yang membuat kota itu tampak padam. 

"Ini kita beneran udah nyampe?" tanya Hongjoong. 

Seonghwa melirik sekilas pada Hongjoong. Tangan kanannya meraih ponsel. Jarinya bergerak lincah menekan aplikasi peta. Melihat kembali lokasi yang diberi oleh Yeosang. Pandangan Seonghwa tertuju pada layar ponsel. Matanya menyipit guna melihat tanda-tanda kota yang akan mereka singgahi. 

Dahi Seonghwa mengerut. Ia berkata, "Bener kok. Sesuai maps yang dikirim Yeosang. Harusnya di sekitar sini udah keliatan bangunan-bangunan. Tanda selamat datang juga udah kita liat kan?"

Memang benar. Tanda bertulisakan 'WELCOME TO MYSTERIOUS CITY' sudah terlewati beberapa menit lalu. Kawasan tempat penduduk tinggal seharusnya terlihat tidak lama lagi. Namun, yang mereka lihat hanyalah pepohonan yang tinggi bak hutan. Keadaan yang mencekam malah membuat suasana seperti berada di film horor. 

"Bang, udah nyampe? HOAM", Jongho bertanya sambil mengucek matanya. Dari wajahnya bisa dilihat kalau bocah satu itu masih sangat mengantuk. Matanya belum terbuka sepenuhnya. Begitu pun kesadarannya yang masih entah ada di mana. 

Jongho menyandarkan kepalanya pada Mingi. Matanya kembali terpejam, tapi tidak tidur. Ia masih menunggu jawaban dari dua kakaknya itu. 

"Udah sih harusnya", ucap Hongjoong ragu. 

"Hah? Maksudnya? TUNGGU, KITA GAK KESASAR KAN?!" teriakan Jongho berhasil membangunkan semua orang. Bahkan, Yunho sampai terantuk kaca jendela saking kagetnya. 

"Duh!! Apaan si?? Ribut amat, dah!" Yeosang mendumel kesal. Lirikan tajam ia berikan pada Jongho. Membuat Jongho memundurkan tubuhnya dan kembali bersandar. Tatapan mata Yeosang seolah mau menerkamnya saja.

"Ini di mana?" Yunho bertanya sambil meregangkan tubuhnya. Hongjoong melirik ke belakang. Melihat situasi teman-temannya yang mulai gaduh setelah tenang beberapa saat.

"Masih jam setengah dua kok. Tapi, gelap banget dah", celetuk San.

"Iya, kayak masa depan Lo! Gelap!" tawa mengudara setelah omongan Wooyoung yang spontan. Membuat San bereaksi menjitak kepalanya keras.

"Anjir! Sakit bego!"

"Rasain tuh! Enak aja ngatain masa depan gua gelap! Belum tentu juga masa depan Lo lebih cerah dari gua!" balas San tak kalah sengit.

Melihat pertikaian yang hampir pecah, Mingi bersuara, "Bang, kita udah sampe?!"

"Udah. Kita cari penginapan dulu. Lo belum revarasi hotel kan, Yeo?" Yeosang mengangguk. Ia lupa belum menyiapkan tempat penginapan untuk mereka singgah.

Mobil mereka masih melaju dengan kecepatan sedang. Menerobos gelapnya kota. Rimbun pepohonan mulai menipis. Digantikan dengan kabut yang cukup mengganggu penglihatan.

Tubuh Yunho menegang. Ketika mereka melaju, melewati sebuah batu besar, ia melihat satu sosok dengan fedora hitam berdiri. Wajahnya tertutupi masker, hanya menyisakan tatapan mata tajam yang menghujamnya. Dan Yunho yakin, sosok itu tengah menyeringai padanya. Seolah memberikan smirk mengejek dan mengancam.

ATEEZ | The Museum [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang