Bab VII - Museum Sejarah

187 32 4
                                    

Hongjoong dkk kini sudah masuk ke dalam museum setelah Yeosang membelikan tiket. Tulisan HISTORICAL MUSEUM terpampang jelas di depan pintu masuk. Ditulis dengan tinta berwarna hitam. Dengan alas berwarna putih.

Hal pertama yang dapat dilihat dari museum sejarah adalah pajangan beberapa senjata. Senjata-senjata itu berada dalam kotak kaca dengan penjelasannya di bawahnya.

Yang menarik perhatian Seonghwa. Seonghwa sangat menyukai mengulik beragam senjata. Dari penjelasan yang ia baca, senjata itu pernah digunakan untuk melawan para penjajah.

Memang negara yang Seonghwa tempati saat ini pernah diduduki oleh para penjajah. Kala itu, para pejuang hanya bisa mengandalkan senjata seadanya. Namun, dengan semangat juang yang tinggi tidak membuat para pahlawan gentar akan penjajah itu.

Yang paling mencolok dari senjata yang dilihat Seonghwa adalah pedang dengan ukiran naga di pegangannya. Dihiasi dengan batu rubi berwarna merah, menambah kesan agung dari pedang tersebut.

Seonghwa berdecak kagum. Dari pancaran matanya, sangat terlihat bahwa ia ingin memiliki pedang seperti itu.

"Jangan sampe kita dikejar penjaga museum gegara tuh pedang ye, bang. Gua gak mood buat baku hantam soalnya", Seonghwa mendelik mendengar ucapan Mingi. Memangnya dia terlihat akan mencuri pedang itu?

"Hehehehe damai ya bang! Bercanda kok gua", Mingi ketawa garing. Serem cuy diliatin tajem sama Seonghwa. Rasanya Mingi pengen ngilang aja gitu.

"Udah. Ayo lanjut lagi. Masih banyak yang harus di eksplor ini", San kembali melangkah diikuti Jongho di belakangnya.

Yeosang tak banyak bicara. Sedari kembali dari loket tiket baik dia dan Yunho tidak membuka suara. Entah apa yang mereka pikirkan. Yang lain pun tidak ambil pusing. Karena Yeosang memang tidak banyak tingkah. Yang aneh itu Yunho.

"Diem-diem aje lu Yun!! Sariawan Lo?" tanya Wooyoung sambil menyenggol lengan sepupunya itu. Iya, kawan-kawan. Wooyoung sama Yunho itu sepupuan dari pihak ibu. Singkatnya ibu Yunho itu kakaknya ibu Wooyoung.

"Kagak. Gua gak mood aja", ucap Yunho lesu.

"Inget mantan ye?" Hongjoong ikut berbicara.

"Kagaklah! Apa hubungannya juga sama mantan!"

"Ya kan lu diputusin pas kita ke museum kan? Siapa tahu Lo keinget kejadian itu atau trauma", kata Seonghwa sambil terkekeh.

Yunho semakin merengut mendengarnya. Walaupun ucapan Seonghwa tidak salah, tapi jangan dibahas lagi lah. Masih gak terima Yunho tuh diputusin.

Yeosang menggeleng melihat tingkah temannya. Matanya melirik sekitar. Menyadari bahwa dua temannya sudah hilang entah kemana.

"San sama Jongho ke mana?" pertanyaan Yeosang membuat teman-temannya melirik sekitar.

"ANJIR!! BEBEB GUA MANA CUY?!" teriak Wooyoung yang langsung digeplak Hongjoong. Mulutnya dibekap sama Mingi.

Seonghwa sama Yunho nutupin wajahnya malu. Yeosang diam tapi tatapan matanya tajam menusuk ke arah Wooyoung. Malu mereka tuh diliatin orang-orang gegara teriakannya Wooyoung.

Tanpa berlama-lama, mereka langsung pergi dari sana. Sambil menggeret Wooyoung. Kerah baju belakangnya dipegang Hongjoong. Mirip seperti memegang kucing.

Sedangkan di sisi lain, San dan Jongho sudah berada di tengah-tengah ruangan museum. Mereka tak henti berdecak kagum melihat peninggalan-peninggalan dari jaman dulu. Walaupun kebanyakan hanya replika, tak menyurutkan rasa kagum mereka.

San sangat menyukai sejarah. Apalagi yang berkaitan dengan perang. Dia mengetahui beragam perang yang pernah terjadi di dunia. Seperti perang salib, perang pasifik, bahkan perang eropa. Tidak ada satupun yang terlewat untuk ia baca.

Lain halnya dengan Jongho. Ia tertarik pada sejarah kota yang sekarang ia pijaki bisa terbentuk. Bagaimana perjuangan pahlawan di sana untuk membebaskan diri dari kekangan penjajah pada masanya.

Perhatian Jongho terjatuh pada satu buku usang yang entah bagaimana ada di depannya. Tergeletak begitu saja. Ia melihat sekitar. Meneliti jika ada orang yang tidak sengaja menjatuhkannya.

"Bang, gua nemuin buku ini", adunya pada San. Ia menunjukkan buku yang kertasnya sudah menguning itu.

San mengerutkan dahi. Tangannya terulur meraih buku yang disodorkan Jongho.

"Buku apaan nih? Ada yang punya gak?" San membuka-buka buku tersebut. Siapa tahu ada tanda pengenal atau nama pemilik dari buku itu.

"Gak ada identitas pemiliknya", Jongho mengangguk. Matanya menangkap barisan kata yang tertoleh di sana.

"Siapapun yang menemukan buku ini harap dijaga dengan baik. Buku ini bisa menjadi petunjuk bagi kalian menemukan jalan keluar", Jongho mengernyitkan dahi heran. Apa maksud dari buku itu. Apa artinya siapapun yang menemukan buku itu, maka buku itu akan menjadi miliknya?

"Simpen dulu aja. Nanti kita minta pendapat yang lain. Lagian kayaknya nih buku gak ada yang punya", San memasukkan buku itu ke dalam tas kecil yang dibawanya. Kemudian kembali fokus melihat-lihat koleksi museum sejarah itu.

"WOY! DICARIIN JUGA! MAEN NGILANG AJA LU BERDUA!!" baru juga ketemu, Wooyoung langsung ngegas. San dan Jongho terkesiap kaget mendengar teriakan itu.

Orang-orang di sekitar mereka mendelik tajam. Tanda bahwa mereka sangat terganggu dengan suara Wooyoung. Si pelaku hanya cengengesan gak jelas sambil menggumamkan kata maaf pada orang-orang di sana.

"Heh! Jangan malu-maluin napa si?!" Seonghwa ikut sewot. Sudah dua kali ia merasa malu akibat ulah teman bobroknya itu. Gue jual, laku gak ya? batin Seonghwa.

"Gimana? Kalian puas gak liat-liat di sini?" tanya Yeosang.

"Koleksinya banyak. Penjelasannya singkat tapi jelas. Gue suka sih sama museum nya", jawab Jongho.

"Gua juga. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi. Dan semuanya diringkas dengan rapi. Siapa pun yang ke sini pasti bakal langsung paham sama kejadiannya", Mingi setuju dengan pendapat Jongho.

Yeosang tersenyum puas. Ada setitik rasa bangga di hatinya. Tidak salah ia merencanakan untuk mengunjungi museum sejarah. Selain merilekskan diri, mereka juga bisa mendapatkan pelajaran. Memahami apa saja yang terjadi di negara mereka.

Museum sejarah itu, selain menerangkan peristiwa sejarah kota, ada juga koleksi dan penjelasan singkat mengenai negara mereka. Terkadang banyak orang yang beranggapan bahwa museum adalah tempat yang membosankan. Padahal di museum kita bisa banyak mengetahui peninggalan leluhur dan peristiwa sejarah yang mungkin tidak bisa didapatkan dalam pelajaran di sekolah.

Sisa hari itu mereka habiskan untuk menyelami lebih dalam mengenai gumpalan cerita kehidupan. Membayangkan, merasakan penderitaan ataupun sukacita yang terjadi di masa lalu.

Walaupun dengan sedikit keributan dari Wooyoung, tapi mereka tetap menikmati keindahan di sana. Sejarah tidak terpaku hanya pada politik dan peperangan ataupun perjuangan. Mereka juga bisa mengetahui mengenai sejarah kesenian dan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Adat istiadat yang masih dipegang teguh oleh masyarakat di sana.

Namun, mereka belum menemukan jawaban dari kejadian semalam. Tidak ada penjelasan mengenai apa yang dilakukan orang-orang berjubah itu. Yang awalnya mereka kira adalah sebuah tradisi, tapi ternyata bukan. Masih menjadi misteri yang harus mereka pecahkan.

Saking asiknya, mereka tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang senantiasa mengawasi.

Kami menantikan kalian, ήρωας.

***
.
.
.
.
.
.
.
.

Haiii!!!!
Balik lagi bersama Bee!!!
Pertama dan yang utama...
HAPPY NEW YEAR 2023🥳🥳

Semoga yang kalian harapkan di 2023, bisa tercapai semuanya. Aamiin..

Gimana kabar kalian sekarang?
Semoga selalu sehat dan bahagia, ya.
Selamat hari Minggu, selamat berlibur sebelum kembali bertugas!!

Terima kasih sudah baca❤️❤️
Jangan lupa buat vote and comment, guys🙌🙌

See you in the next chapter✨✨

Psst.. kalo ada typo, tandain yah😆

ATEEZ | The Museum [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang