Bab XV - Putih?

144 31 1
                                    

"Entah kenapa gua rasa, dia baik. Pria fedora hitam itu, dia kayaknya di pihak kita. Gua yakin. Kita bisa percaya sama dia".

Ucapan Hongjoong tidak ditanggapi apa pun. Helaan napas terdengar dari bibir Hongjoong. Sangat sulit untuk bisa membuat seseorang percaya di situasi seperti ini. Namun, hati kecilnya membuat Hongjoong yakin kalau pria fedora itu memiliki maksud baik. Aura yang Hongjoong rasakan dari pria itu terasa familiar. Rasanya seperti Hongjoong pernah bahkan sering bertemu dengan sosok itu. 

"Gua mau ke kamar mandi", Wooyoung bangkit dari duduknya. Melangkah perlahan menuju pintu keluar. 

"Gua ikut!!!" kata San sambil mengikuti langkah Wooyoung.

"Cepet balik! Di luar bahaya!!" seru Seonghwa sebelum keduanya benar-benar pergi dari ruangan itu. 

Suasana museum yang gelap gulita membuat Wooyoung menelan ludah kasar. Dia sedikit memiliki ketakutan terhadap kegelapan. San yang berada di sampingnya merangkul bahu Wooyoung santai. Satu tangannya yang lain menyalakan senter yang selalu ia bawa kemana-mana. 

Dua anak adam itu menyusuri lorong temaram. Ornamen-ornamen yang dilalui menambah kesan mistis. Terasa seperti menyimpan kekuatan magis yang berhasil membuat mereka merinding. Meski begitu, keduanya abai dan tetap melangkah. 

Jarak dari ruang persembunyian mereka dengan toilet cukup jauh. Mereka harus melewati ruang koleksi patung. Dalam diam, baik Wooyoung maupun San merasakan kegelisahan tanpa sebab. 

"Woo, ngomong kek. Jangan diem aja", kata San setelah sekian lama diam. 

"Ngomong apaan?" jawab Wooyoung singkat.

"Apa aja lah. Serem anjir! Kita cuman berdua! Mana gelap lagi. Senter gua juga kayaknya bakal mati", keluh San. Jujur, San lebih tidak menyukai keheningan di antara mereka. Langkah kaki mereka yang menggema, membuatnya lebih merinding. 

"Kita nyampe di ruang patung", ucap Wooyoung pelan. 

Netra Wooyoung menelisik ruangan itu. Dengan penerangan dari senter milik San, ia bisa melihat beberapa koleksi patung walaupun remang-remang. Bulu kuduknya semakin berdiri. Patung-patung di sana sangat terasa seperti hidup. Mata mereka seperti menyorot tepat ke kedua mata Wooyoung. 

Sama seperti Wooyoung, San juga merasakan kengerian. Tubuhnya semakin merapat pada Wooyoung. Hawa mistis, kondisi ruangan temaram, ditambah dengan patung koleksi. Lengkap sekali untuk membuatnya gemetar ketakutan. 

Salah satu patung wanita dengan gaun putih, rambut cokelat bergelombang, tertangkap oleh mata Wooyoung dan San. Mereka berdua secara otomatis-entah kenapa-terdorong mendekat. Patung wanita itu tersenyum. Memamerkan gigi putihnya yang rapi. Tangan kanannya terangkat, seolah sedang menyapa. 

"Listen close
Follow my instruction
There is no
Time for introduction
He was the one that made us
You'll be the one to save us"

Wooyoung dan San berjengit kaget ketika mata patung itu berkedip pelan. Bukan hanya sekali, tapi tiga kali. Ditambah alunan merdu yang tiba-tiba keluar dari mulut patung itu. Keduanya sontak melarikan diri dari sana dengan tubuh yang bergemetar hebat. 

Dengan kecepatan penuh, akhirnya kedua pemuda itu sampai di toilet yang dituju. Mereka langsung menuntaskan hajat yang sudah ditahan dari tadi. Helaan napas lega terdengar dari Wooyoung dan San setelah urusannya selesai. 

"Kita balik lagi?" San menoleh ke arah Wooyoung yang sedang mencuci tangannya. 

"Harus 'kan?" San balik bertanya. 

"Hm", jika boleh jujur Wooyoung tidak mau kembali. Rasanya seperti dia akan pingsan. Tidak sanggup jika harus melalui patung-patung lagi. 

"Tadi tuh setan apa bukan? Maksud gue mustahil itu boneka yang bisa dikontrol kan?" Wooyoung menatap San yang menyenderkan tubuhnya di dinding toilet. Mereka masih enggan untuk keluar dan berhadapan dengan lorong-lorong gelap lagi. 

ATEEZ | The Museum [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang