Bab XXI - Kejelasan

132 26 0
                                    

Seonghwa mengerjapkan matanya. Cahaya terang menerjang retinanya. Ketika membuka mata, rasa pening mendera.

"Ssstt. Pusing banget anjir", Seonghwa memegangi kepalanya.

Seonghwa mengedarkan netranya. Dia mengernyit melihat tempatnya berada sekarang. Sebuah kurungan dari besi berbentuk prisma segitiga.

Ketika melihat ke samping, Seonghwa tersentak kaget. Dia melihat Yeosang yang tidak sadarkan diri dengan luka sayat di lengannya. Seonghwa mengguncang tubuh Yeosang pelan. Berusaha membangunkan pemuda itu.

"Yeo! Yeo, bangun!!! Cepet bangun woy!!"

"Ah, sakit!" Yeosang meringis pelan.

"Akhirnya lo sadar juga", Seonghwa mengulas senyum tipis.

"Ini di mana?" Yeosang terlonjak. Dia melihat banyak mayat bergelimpangan di luar kurungan mereka.

Yeosang benar-benar tidak bisa menahan rasa kagetnya. Badannya seketika gemetaran. Rasa takut mulai menyerangnya. Apalagi mengingat kondisi terakhir Hongjoong, Wooyoung dan San yang bersamanya kala itu.

"Bang, kok kita bisa di sini?" tanya Yeosang lagi.

Seonghwa menghela napas pelan, "Gua gak tau Yeo. Yang gua inget, gua tadi lawan orang-orang baju putih pake senapan. Tapi, gua gak sengaja kena tembak. Kayaknya itu peluru bius, jadinya gue langsung gak sadar", balas Seonghwa sambil mengelus surai Yeosang lembut.

"Lo sendiri kenapa bisa sampe gini?" kini giliran Yeosang bercerita.

"Gitu deh. Gua diseret paksa sama mereka, tapi karena gua terus berontak, mereka pukul tengkuk gua sampe pingsan. Dan Tara!!! Gua nyampe di sini", Yeosang mengakhiri ceritanya. Masih jelas dalam ingatannya ketika sahabatnya berusaha melindunginya. Tapi, karena kalah jumlah dan kekuatan, akhirnya Yeosang berhasil ditangkap.

"Yah, gua yakin mereka bakal ke sini dan selamatin kita. Lo tenang aja", ucap Seonghwa.

Kriet..

Suara pintu terbuka mengalihkan atensi mereka. Beberapa orang masuk ke dalam ruangan itu. Sebenarnya bukan hanya Seonghwa dan Yeosang yang ada di sana. Tapi, masih ada kurungan-kurungan lain dengan manusia yang masih hidup atau setengah hidup di sana.

Orang-orang itu benar-benar memakai baju warna putih. Wajah mereka tertutup topeng anggar warna putih juga. Salah satu di antara mereka memegang rantai di tangan.

"Dua orang ini akan kita bawa pada D. Full moon akan terjadi dalam tiga hari. Sampai saat itu, kita harus memenuhi museum dengan patung baru. Seret orang-orang menjijikan di sana ke ruang eksekusi"

Salah satu orang yang Seonghwa dan Yeosang yakini sebagai pimpinan mereka memberikan perintah. Pemimpin itu, mari kita panggil El, menatap Seonghwa dan Yeosang. Walaupun mereka tidak bisa melihat jelas mata El, Seonghwa dan Yeosang yakin El menatap mereka dengan tajam.

Sampai El beradu tatap dengan Seonghwa, "Tangan kanan, huh? Kau jauh lebih mirip pecundang. Yah, kalian memang pecundang. Perusak dan tidak layak untuk hidup".

Mendengar itu, Seonghwa mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Walaupun Seonghwa tidak tahu maksudnya, tapi ia merasa tengah diejek dan diolok-olok.

"Apa mau kalian?" tanya Seonghwa datar.

"Mau kami? Pintu dimensi akan terbuka, tujuan kamu akan tercapai. Tapi, kalian, penghalang bagi kami. Well, sebentar lagi kalian akan musnah di tangan kami. D pasti akan senang. Hahahaha", El tertawa puas. Dia sudah merasa ada di atas angin.

"Dimensi? Apa maksudmu? Kami tidak ada kaitannya dengan kalian!! Kenapa kalian melakukan ini?" Yeosang ikut angkat suara.

"Sedia payung sebelum hujan. Aku akan menghancurkan kalian sebelum kalian merusak semuanya!" balas El.

"Pria fedora hitam. Apa mereka yang kalian cari?" Yeosang melirik Seonghwa. Tidak mengerti dengan perkataan Seonghwa.

"Black Pirate? Cih, mereka sangat menyusahkan. Tapi, tidak masalah. Mereka sudah terkurung. Tidak ada yang bisa membebaskan mereka. Dan teman-teman kalian tidak akan pernah bisa sampai kemari!!"

El melangkah pergi. Meninggalkan Seonghwa dan Yeosang dalam keheningan. Perkataan El sangat membuat mereka kebingungan.

"Bang, kenapa lo tiba-tiba ngomongin si fedora itu?"

"Gua yakin, Yeo. Yakin banget, semuanya nyambung. Buku aneh yang isinya ramalan itu, si pria fedora yang tiba-tiba dateng, mayat yang ditemuin WooSan. Semuanya terlalu aneh kalau cuman kebetulan. Gua yakin semuanya nyambung, Yeo", kata Seonghwa mantap.

Yeosang terdiam. Dia mulai memikirkan semua kemungkinan yang ada. Menyambungkan satu kejadian dengan kejadian yang lain. Merangkai cerita yang kemungkinan menjadi alur yang sedang mereka jalankan.

"Bentar. Berarti semuanya udah direncanain?"

"Bukan. Lebih tepatnya sudah diramalkan. Delapan pahlawan, atau apapun itu namanya, yang kita baca dari buku yang ditemuin Jongho. Gua yakin banget. Kita yang ada di ramalan itu. Apalagi kita ketemu dua kubu yang bertolak belakang. Hitam yang bersih dan putih yang kotor. Semuanya emang udah jadi takdir kita", Yeosang tersentak. Jika memang demikian, apa yang akan terjadi berikutnya?

Bunyi ramalan itu terngiang kembali di benak Yeosang. Bulan purnama, delapan pemuda, menumpas kejahatan, membebaskan kedamaian. Yeosang meringis mengingatnya. Itu berarti, mereka benar-benar harus waspada. Karena Yeosang sangat yakin, bukan hanya terbebas dari tempat aneh ini saja yang harus dilakukan.

Seonghwa terkekeh kecil melihat reaksi Yeosang. Pada awalnya dia juga tidak menyadari semua ini. Namun, semakin dipikirkan, semuanya terasa masuk akal. Sayangnya, Seonghwa tidak berpikir sejauh Yeosang.

"Apa kita nanti bakal pindah dimensi?" Seonghwa mengerutkan alis tanda tak mengerti. Kenapa Yeosang bertanya aneh begitu?

"Ya, kan tadi si aneh itu bilang ada dimensi. Apa nanti kita bakal pindah dimensi dan jadi penyelamat di sana?"

Seonghwa hanya berpikir, tugas mereka adalah mengalahkan si baju putih. Dan mereka akan dibantu oleh si fedora hitam. Lagipula, tidak ada kata dimensi di ramalan itu.

"Entah. Gua harap nggak. Males amat kalo harus ke sana. Mending rebahan. Lagian ya, dosen-dosen gue killer semua. Ntar gua kagak lulus, bisa-bisa dicoret dari KK gua", Seonghwa berucap tenang. Berbeda jauh dengan jantungnya yang bertalu-talu. Dia juga mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi ke depannya. Terutama mengenai keselamatan mereka.

"Seonghwa, Yeosang", keduanya menoleh ke sumber suara. Di sana sosok fedora hitam kembali muncul. Namun, dia tidak membawa jam pasir bersamanya.

"Apa yang kalian pikirkan semuanya benar. Kalian yang kamu harapkan. Hanya kalian yang bisa membebaskan kedamaian di dunia kami. Tugas yang kami emban tidak bisa kami penuhi tanpa bantuan kalian"

"Maksudnya?"

"Waktuku tidak banyak. Aku tidak bisa mengatakan banyak hal saat ini. Yang terpenting adalah kalian tidak perlu khawatir. Kami juga akan membantu kalian agar bisa bebas dari sini. Teman-teman kalian akan segera kemari dan membebaskan kalian. Bertahanlah. Jangan sampai kalian terpecah lagi"

"Sampai bertemu lagi, Seonghwa"

Pria itu kembali menghilang. Meninggalkan butiran serbuk hitam di sekelilingnya. Dan meninggalkan Seonghwa dalam keterdiaman. Sungguh, Seonghwa merasa sangat mengenal pria itu. Terutama mata tajamnya.

"Bang, cuma gua aja yang ngerasa apa emang tuh orang mirip banget sama Lo?" Yeosang percayalah. Seonghwa juga sedang mendebatkan hal itu dalam pikirannya.

***
.
.
.
.
.
.
.
.
Haiii✨✨

Welcome back, guys!!!

Hari Minggu ini, kalian pada ngapain??

Semoga apapun rencana kalian akan selalu dilancarkan.

Oke, untuk sekarang sampai sini dulu.

Makasih udah baca🤗🤗🤗

See you in the next chapter🙌🙌
Bye👋👋👋💫💫

ATEEZ | The Museum [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang